Senin 19 Jul 2021 01:12 WIB

Pelatih Persib Pertanyakan tak Ada Kompetisi di Indonesia

Kompetisi Liga 1 mengalami penundaan karena tingginya kasus Covid-19 di Indonesia.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Israr Itah
Pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts.
Foto: Republika/Hartifiany Praisra
Pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kompetisi Liga 1 kembali mengalami penundaan karena tingginya kasus Covid-19 di Indonesia. Pelatih Persib, Robert Rene Alberts mempertanyakan alasan ini sebagai penundaan kompetisi.

Robert mengatakan tidak bisa membuat perencanaan bagi timnya karena ketidakjelasan nasib kompetisi hingga saat ini. "Orang-orang tidak mengerti bahwa sepak bola adalah tentang membangun sesuatu, bukan hanya soal tidak bermain 1,5 tahun lalu langsung melompat pada kesimpulan," kata Robert, Ahad (18/7).

Baca Juga

Robert menyebut tidak adanya kompetisi membuat kondisi pemainnya akan merosot. Sehingga persiapan matang harus dilakukan sebelum kompetisi berlangsung untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti cedera.

Di sisi lain, secara finansial pemain sepak bola tentu bergantung pada kompetisi. Pandemi yang membuat kompetisi terhenti pun berdampak pada pemain yang saat ini mendapatkan gaji 25 persen dan terpaksa mengambil pekerjaan sampingan.

"Mereka memiliki situasi masing-masing di rumahnya, jadi tidak ada liga, sepak bola Indonesia dengan sendirinya tidak akan bertahan," kata Robert.

Padahal, Robert melihat ada harapan cerah ketika kompetisi sepak bola kembali di Indonesia pada 2017 silam. Saat itu, nama besar Michael Essien bahkan membuat sepak bola Indonesia menjadi sorotan dunia.

"Jadi kita harus melanjutkan liga ini, memastikan liga terus berlanjut. Pertanyaannya adalah, kenapa pihak otoritas masih menghentikan liga, di saat negara lain liga dan olahraga lain sudah mulai bergulir?" kata Robert.

Dia mengakui tidak ada yang melihat kesulitan stakeholder sepak bola dalam bertahan hidup. Menurutnya, sepak bola bukan soal tim yang bertanding saja, karena masih banyak pihak lain yang bekerja di bidang sepak bola yang terdampak.

"Masyarakat di sini tidak siap untuk berdiskusi dan tidak terbuka mendengar masukan dari para pakar soal bagaimana mengimplementasikan sepak bola atau olahraga lain di bawah situasi tertentu. Di seluruh dunia, itu bisa diselesaikan dan itu yang menjadi pemikiran saya setiap saat," kata Robert.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement