REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO --Cabang olahraga para bulu tangkis Indonesia berhasil mengharumkan nama bangsa di pentas Paralimpiade Tokyo 2020. Dalam dua hari terakhir, para bulu tangkis mampu menyumbangkan dua medali emas bagi kontingen Merah-Putih.
Dua medali emas Indonesia itu disumbangkan dari ganda putri Leani Ratri Oktila/Khalimatus Sadiyah di kategori SL3-SU5 pada Sabtu (4/9). Sehari kemudian, Ratri yang berpasangan dengan Hary Susanto menggenapkan euforia Indonesia setelah berhasil merebut medali ganda campuran SL3-SU5.
Meraih dua medali emas dalam dua hari berturut-turut tentu bukan pekerjaan yang mudah bagi Ratri. Atlet berusia 30 tahun itu bahkan harus bermain sebanyak empat pertandingan di hari Sabtu, sebelum akhirnya mampu merebut medali emas saat berpasangan dengan Khalimatus.
"Saya tentu sangat bangga bisa menyumbangkan medali emas bagi Indonesia. Apalagi ini medali pertama di ajang Paralimpiade dan saya berhasil meraih medali saat para bulu tangkis pertama kali dipertandingkan di Paralimpiade," ucap Ratri, dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (5/9).
Sehari setelah mengalahkan pasangan China, Cheng Hefang/Ma Huihui dua gim langsung, Ratri masih tampil pada dua nomor final lagi. Sayangnya pada final nomor tunggal putri SL4, Ratri gagal memenangi pertandingan puncak dan hanya meraih medali perak.
Kekalahan di pertandingan tunggal putri mendongkrak semangat Ratri untuk tampil habis-habisan di laga final terakhirnya di nomor ganda campuran bersama Hary Susanto.
Misi dan target khusus memang ingin diraih oleh Ratri bersama Hary. Pasangan yang telah diduetkan bersama sejak 2016 itu ingin mencapai salah satu prestasi tertinggi mereka yakni memenangi medali emas Paralimpiade.
Ratri ingin menciptakan sejarah dan kenangan dalam perjalanan karier bersama Hary mengingat kini usia Hary telah menginjak 46 tahun.
“Medali emas yang kedua ini sangat spesial bagi saya dan mas Hary. Kami sangat bangga, terlebih lagi usia mas Hary kini sudah tidak muda lagi,” ucap Ratri.
Ratri sangat berharap bisa menjadi yang terbaik di Paralimpiade, karena menjadi impian terbesarnya. Keberhasilan atlet kelahiran Siabu, Riau 6 Mei 1991 itu, tidak lepas dari dukungan dan doa semua masyarakat Indonesia.
"Saya berterima kasih kepada semua masyarakat Indonesia yang telah mendoakan kami," ucap Ratri.