REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Timnas basket putra Indonesia menjadi sasaran kritik selepas berlaga pada window pertama kualifikasi FIBA World Cup 2023. Sebab, timnas basket dua kali kalah telak dari Lebanon, enyerah 38-96 di pertemuan pertama dan takluk 64-110 pada laga kedua di Beirut.
Kritikan meluncur bertubi-tubi yang mengarah ke pemain, manajemen timnas, PP Perbasi, dan juga pelatih Rajko Toroman. Coach Toro, sapaannya, mengaku menerima sejumlah kritikan yang mengarah kepadanya. Hanya, ia meminta semua pihak bisa melihat fakta dengan jernih.
Pertama, kata dia, secara kualitas dan atletisme, para pemain Lebanon unggul dari Indonesia di semua posisi. Keunggulan itu, masih ditambah jadwal pertandingan yang bersamaan dengan bergulirnya liga basket di sana.
“Secara game shape, para pemain Lebanon lebih siap. Di timnas basket Indonesia, Brandon (Jawato) misalnya, dia habis operasi punggung, kemudian menderita cedera lutut, dan tak bermain kompetitif selama 11 bulan. Dia hanya bermain satu sampai dua menit di timnya di Jepang. Sehingga, dua pertandingan uji coba di Amerika menurut saya sangat penting untuk Brandon,” kata Coach Toro dalam konferensi pers daring, Ahad (5/12).
Kedua, tembakan para pemain timnas Indonesia, terutama pada game pertama, sangatlah buruk. Menurut dia, memang ada masa di mana satu tim bisa bermain sangat buruk dan kalah telak. Pada game pertama, pemain Indonesia hanya mencatatkan 15 persen dalam akurasi tembakan tiga angka. Padahal dengan absennya pemain naturalisasi Lester Prosper, satu-satunya peluang Indonesia mengumpulkan poin adalah dengan mengeksekusi tembakan jarak jauh dengan jitu. Coach Toro menyebut kekalahan pada game pertama merupakan yang paling buruk selama ia menjadi pelatih.
“Namun begitulah basket. Kemarin kita baru menyaksikan Oklahoma (City Thunder) kalah dengan selisih 70-an poin di NBA,” ujar Toro merujuk kekalahan Thunder 79-152 dari Memphis Grizzlies yang merupakan kekalahan dengan marjin terbesar dalam sejarah NBA.
Terakhir, timnas basket Indonesia tidak berlaga dengan kekuatan terbaiknya. Coach Toro mengidentifikasi enam pemain yang semestinya ada di timnas basket Indonesia jika ingin semakin kompetitif ke depan. Dari enam pemain ini, hanya satu yang berlaga melawan Lebanon, yakni Brandon Jawato. Lima lainnya adalah pemain naturalisasi Marques Bolden, Dame Diagne, Derrick Michael, Arki Dikania Wisnu, dan Agassi Goantara. Kehadiran mereka akan membuat skuad timnas basket Indonesia yang turun melawan Lebanon akan makin tangguh.
“Kita menyaksikan di game kedua lawan Lebanon, Indonesia bisa memberikan perlawanan lebih baik dengan akurasi yang lebih baik. Sayangnya, shooter terbaik Indonesia, Prastawa, keluar pada awal kuarter ketiga karena kesalahan wasit ketiga dan Abraham yang juga tulang punggung tim pada kuarter empat. Saya percaya hasilnya akan semakin baik jika lima pemain yang tidak main lawan Lebanon ada. Itulah makanya saya berharap kepada Perbasi agar mereka bisa membela Indonesia di FIBA Asia Cup 2022 agar kita bisa lolos ke FIBA World Cup 2023,” kata Toro menjelaskan.