Jumat 24 Dec 2021 06:21 WIB

Masuknya Esports ke Sekolah Sebagai Ekskul Dipandang Positif

PBESI harus meyakinkan semua pihak bahwa esports tak mengganggu kognisi siswa.

Rep: Fitrianto/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Laga Grand Final Piala Presiden eSports (PPE) 2021 yang berlangsung di Bali, Sabtu (18/12).
Foto: dokpri
Laga Grand Final Piala Presiden eSports (PPE) 2021 yang berlangsung di Bali, Sabtu (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Esports sudah diakui pemerintah sebagai cabang olahraga (cabor) prestasi. Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) kini sudah menjadi anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat dan memiliki 34 pengurus provisin (pemprov). Artinya sudah ada perwakilan di seluruh provinsi Indonesia.

Esports juga sudah dipertandingkan sebagai cabor eksibisi pada PON Papua 2021. Pada PON selanjutnya, Esports akan menjadi cabor yang resmi dipertandingkan, dan bukan sekadar eksibisi lagi.

Baca Juga

Untuk lebih memasyarakatkan Esports dan mencari bibit berbakat, PBESI kini tengah berjuang agar Esports menjadi kegiatan ekstra kurikuler (ekskul) di sekolah. 

Pengamat olahraga nasional Djoko Pekik Irianto mengatakan, PBESI harus bisa meyakinkan masyarakat bahwa kelak esports masuk ekskul di sekolah, itu tidak akan mengganggu kognisi siswa.

Menurut Ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (Apkori) ini, ekskul di sekolah harus bisa menjadi pijakan dalam mengawali niatan siswa untuk menjadi atlet. Dengan demikian, maka hobi yang terasah bisa menjadi hal berguna bagi masa depan masing-masing anak atau remaja di sekolah.

"Untuk melakukan pembibitan atlet, melalui sekolah memang tempatnya. Di sana adalah asal muasal atlet berbakat usia muda. Namun PBESI harus mengkaji lebih bijak terkait esports masuk eskul sekolah", kata Djoko Pekik kepada Republika, Kamis (23/12).

"Harus ada riset dulu dari PBESI, jika Esports masuk eskul sekolah tidak merugikan kognisi pelajar. Karena saat ini esports identik dengam games yang bisa bikin anak kecanduan", kata dia menambahkan.

Djoko Pekik menegaskan, harus ada penelaahan yang mendalam untuk meyakinkan orang tua siswa bahwa esports benar-benar bermanfaat.

"Bukan hanya orang tua, semua pihak termasuk masyarakat juga harus diyakinkan. Setelah ada kajian, nanti baru bisa diambil keputusan, apakah Esports layak atau tidak didorong jadi ekskul sekolah," kata dia.

Mantan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) ini mengatakan, esports punya kesamaan dengan cabor catur dan bridge. Pada dua cabor tersebut, selain skill, juga membutuhkan kognisi. 

"Ekskul itu sifatnya minat dari siswa. Jadi harus bisa meyakinkan sekolah kegiatan ini tidak akan mengganggu proses akademik. Mungkin bisa lebih mudah meyakinkannya karena ini ekskul, belum jadi kurikulum," kata dia.Sekretaris Jenderal PBESI, Frengky Ong, mengatakan program ekskul telah bergulir mulai pekan lalu diawali dengan pelatihan bagi guru dan coach. Selanjutnya, ekskul esport akan ditujukan bagi peserta didik SMP, SMA, dan SMK.

"Kita coba memenuhi permintaan dari beberapa sekolah swasta yang sekarang ini sudah meminta kepada PBESI untuk ekstrakulikuler esport. Pada pekan lalu kita baru melakukan suatu kegiatan pelatihan untuk guru-guru coach agar bisa berjalan sesuai dengan perencanaan dari PBESI dan tentunya sesuai standar-standar yang kita sudah buat," ujar Frengky.

Ia mengatakan, setiap pelatih ekskul esport wajib mengikuti pelatihan dan mendapatkan sertifikasi. Frengky menjelaskan, sertifikasi pelatih akan terdiri dari tiga tier, yakni lisensi A untuk tim profesional dan nasional, lisensi B untuk tim semi amatir dan akademi, dan lisensi C untuk tim amatir dan ekstrakulikuler.

"PBESI berkomitmen untuk terus mencetak lebih dari 200 pelatih baru setiap tahunnya untuk program ekstrakulikuler esport," kata dia.

Ekstrakulikuler esport diharapkan dapat memperkenalkan industri digital kepada siswa didik, menjadi jembatan dunia pendidikan dengan esport, memberikan wawasan esport sebagai potensial karier, yang berujung pada regenerasi atlet esport Indonesia dari dunia pendidikan.

"Saat ini ekstrakulikuler esport masih berfokus di Pulau Jawa dimulai dengan sekolah swasta, sementara sekolah negeri harus menunggu tahun ajaran baru," kata dia.

Frengky mengatakan, PBESI telah melakukan penjajakan perjanjian dengan sekolah-sekolah swasta juga melakukan pendekatan dengan persatuan orang tua murid.

"Kita juga bekerja sama dengan asosiasi-asosiasi orang tua, tentunya sebelum masuk satu sekolah kita mencoba me-meetingkan bersama-sama bahwa program kita lakukan membawa manfaat ke depannya. Kita coba untuk mengurangi ekses-ekses negatif yang sekarang ada dalam esport," kata Frengky. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement