Senin 03 Jan 2022 05:35 WIB

Pesepak Bola Muda Indonesia Harus Hindari Star Syndrome

Imran Nahumarury mengingatkan ketenaran bisa jadi bumerang bagi pemain muda.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Endro Yuwanto
Para pesepak bola timnas Indonesia berpose ke arah kamera sebelum bertanding melawan Thailand dalam laga final leg kedua Piala AFF 2020 di National Stadium, Singapura, Sabtu (1/1/2022).
Foto: ANTARA/Flona Hakim
Para pesepak bola timnas Indonesia berpose ke arah kamera sebelum bertanding melawan Thailand dalam laga final leg kedua Piala AFF 2020 di National Stadium, Singapura, Sabtu (1/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Timnas Indonesia kembali meraih hasil runner-up Piala AFF 2020. Ini menjadi kali keenam skuad Garuda mendapatkan hasil tersebut.

Namun hasil itu tidak terlalu mengecewakan, mengingat tim yang bermain memiliki rata-rata usia 23,8 tahun. Apa yang ditorehkan pemain muda ini mendapat pujian dari publik.

Baca Juga

Namun pengamat sepak bola sekaligus pelatih kenamaan, Imran Nahumarury, mengingatkan ketenaran itu bisa jadi bumerang bagi pemain muda. Pelatih yang seringkali memainkan pemain muda itu mengingatkan penggawa Garuda agar untuk tidak mengalami star syndrome.

"Kelemahan kita ini, pemain muda itu kan star syndrome, kalau punya nama sedikit saja sudah lupa (daratan). Beda dengan Eropa, kalau prestasi di usia muda itu bukan hal yang membanggakan bagi mereka," kata Imran, Ahad (2/1).

Imran pun mendukung peluang pemain muda yang bermain di ajang Piala AFF 2020 akan kembali dimainkan di Piala AFF U-23 pada Februari mendatang. Menurutnya, ini menjadi cara untuk membangun timnas di masa yang akan datang.

"Kita itu harus tahu jika membangun timnas itu butuh proses. Itu tidak instan. Saat ini sedang dibangun Shin Tae-yong untuk mendapatkan timnas yang bagus dia harus mulai bangun. Seperti bangun rumah, gali dulu, buat pondasi," jelas Imran.

Imran optimistis jika pemain muda itu bisa berkembang pesat dan pelatih tidak diganti, maka dua atau tiga tahun lagi timnas Indonesia memiliki masa depan cerah. Namun mantan gelandang timnas Indonesia ini pun menyebut perkembangan pemain muda akan berbeda-beda.

"Mereka mendapatkan hasil maksimal itu bisa kita lihat dari progress mereka di klub. Bagaimana mereka bertahan di liga, jika mereka ikuti aturan mereka akan bertahan, mereka bisa terus bertahan di timnas," kata Imran.

Sebaliknya, lanjut Imran, jika pemain muda sudah merasa cukup tentu tidak akan ada perkembangan dalam kualitas. Karena masuk timnas adalah seleksi alam, maka Imran menyebut posisi pemain tidak akan aman jika tidak ada perkembangan dalam dirinya.

"Pesan saya semoga apa yang sudah mereka dapatkan ini membuat mereka tidak puas karena ada banyak pemain yang siap menggantikan mereka," ujar Imran menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement