REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Kejelian Carlo Ancelotti dan magis Santiago Bernabeu menjadi kunci berhasilnya Real Madrid membuat keajaiban di semifinal Liga Champions musim ini. El Real baru saja menyingkirkan Manchester City di empat besar.
Pekan lalu, pada leg pertama di Etihad, Madrid kalah 3-4. City berada di atas angin saat memasuki leg kedua di Stadion Santiago Bernabeu, Kamis (5/5) dini hari WIB.
Angin kemenangan semakin bertiup ke wakil Inggris itu, ketika Riyad Mahrez membuat tim tamu memimpin 1-0. Otomatis agregat menjadi 5-3 untuk keunggulan sementara skuad polesan Pep Guardiola. Namun di luar dugaan, Los Blancos membalikkan keadaan melalui sepasang gol Rodrygo Goes pada injury time.
Duel pun berlanjut ke perpanjangan waktu. Pada tahapan tersebut, tuan rumah mendapat hadiah penalti. Karim Benzema yang menjadi algojo menunaikan tugasnya dengan baik. Madrid lolos ke final dengan agregat 6-5.
Ada banyak faktor yang membuat El Real kembali berada di jalurnya. Keputusan Ancelotti melakukan beberapa pergantian pemain turut mengubah pertandingan. Pada menit ke-68, ia memasukkan Rodrygo, menggantikan Toni Kroos.
Tujuh menit berselang, ia menarik Casemiro dan Luka Modric. Sebagai gantinya, ia menurunkan Marco Asensio, serta Eduardo Camavinga. Lini tengah Los Blancos terlihat lebih bertenaga.
"Saya lebih suka mengubah sesuatu. Kroos, Casemiro, dan Modric memainkan permainan yang hebat, tetapi energi sangat penting ketika pertandingan berlangsung terbuka, dan tak lagi mengandalkan taktik," kata juru taktik yang bulan depan berusia 63 tahun itu, dikutip dari Football Italia.
Ia senang melihat kerja keras semua penggawa Madrid. Terutama mereka yang turun dari bangku cadangan. Bahkan Jesus Vallejo yang cuma bermain di lima menit terakhir menggantikan Eder Militao tak luput dari pujian Don Carlo. Ia mengatakan kepada para pemainnya, tidak penting siapa yang memulai laga, tetapi lebih utama siapa yang mengakhirinya.
Ketiga kalinya, El Real membalikkan keadaan setelah mengalami situasi sulit. Dimulai dari duel kontra Paris Saint Germain pada babak 16 besar. Kemudian berlanjut ke laga melawan Chelsea dan Man City.
Di luar perkara teknis, magis Bernabeu juga berpengaruh. Ancelotti menyadari hal itu. Para penggemar benar-benar mendorong mereka melewati batas maksimal.
"PSG tahu sesuatu tentang itu, Chelsea juga. Ini keajaiban stadion ini, rasa memiliki para pemain, dan kualitas mereka," tutur eks juru taktik Everton itu.
Ancelotti akan merasakan final kelimanya di Liga Champions sebagai pelatih. Pada edisi terkini, timnya akan berhadapan dengan Liverpool di Paris.