REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER --Erik ten Hag dilaporkan telah mendapatkan kekuasaan penuh di Manchester United, setelah meyakinkan petinggi klub atas ketajamannya di bursa transfer.
Pelatih asal Belanda itu tiba di Old Trafford awal tahun ini, dengan mewarisi tim yang kehilangan kepercayaan diri dan mengalami musim terburuk mereka di Liga Primer Inggris.
Ole Gunnar Solskjaer dan Ralf Rangnick gagal mendapatkan dukungan penuh dari klub. Namun, Ten Hag bersikeras kalau kontrol atas perekrutan adalah faktor kunci membawa kebangkitan MU.
Hal tersebut telah disampaikan Ten Hag ke petinggi MU, sebelum akhirnya memutuskan meninggalkan Ajax dan bergabung ke Old Trafford.
''Jika mereka tidak memberikan (kekuasaan), saya tidak akan melakukannya. Saya pada akhirnya bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan hasilnya,'' kata Ten Hag, dikutip dari Mirror, Rabu (28/9).
Namun kendali atas transfer itu sepertinya akan mendapatkan ujian, karena Rangnick awalnya akan tetap berada di klub sebagai konsultan rekrutmen.
Pelatih asal Jerman itu memiliki reputasi sebagai penilai bakat yang cerdas selama beberapa dekade. Ia diharapkan membantu manajer baru menikmati masa transisi yang lebih mulus.
Sayang, rencana itu buyar karena Rangnick ditunjuk sebagai pelatih Austria, dan tidak akan menjadi konsultan di MU.
Sebelum pergi, Rangnick menyebut kalau United perlu mendatangkan setidaknya 10 pemain baru untuk bisa bersaing mendapatkan gelar juara Liga Inggris.
Rangnick juga telah memberikan daftar pemain yang diusulkannya, seperti Josko Gvardiol, Christopher Nkunku dan Konrad Laimer.
Tapi Ten Hag berjalan ke arah yang berbeda. Pelatih asal Belanda itu lebih melihat ke arah Lisandro Martinez dan Antony, hingga Tyrell Malacia dari Feyenoord.
Rangnick diklaim tidak mendukung perekrutan pemain dari Eredivisie. Sebelum mendapatkan Martinez, United dilaporkan siap memboyong bek Villareal, Pau Torres.
Ten Hag akhirnya menang dan pemain Argentina itu membuktikan mengapa United layak mendatangkannya.
''Para pemain yang kami rekrut adalah pemain internasional untuk negara mereka. Kedua, mereka tampil sangat baik di Liga Champions."
"Ketiga, ketika saya melihat keterampilan individu mereka mampu memainkan sepak bola dengan intensitas tinggi,'' jelas Ten Hag.