Selasa 08 Nov 2022 18:01 WIB

PSSI Diminta Jangan Hilang Fokus Urus Timnas Jelang Agenda Besar dan Bergengsi 2023

PSSI dihadapkan pada tiga agenda besar untuk timnas tahun depan.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Timnas Indonesia saat bertanding melawan Cakallikli Spor di Lapangan Kempinski Hotel Football, Antalya, Turki, Senin (24/10/2022).
Foto: DOK PSSI
Timnas Indonesia saat bertanding melawan Cakallikli Spor di Lapangan Kempinski Hotel Football, Antalya, Turki, Senin (24/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola Indonesia, Tommy Welly mendesak pihak Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) wajib menemukan titik terang perihal persoalan saat ini demi mempersiapkan tim nasional jelang menyongsong tiga kejuaraan bergengsi tahun depan. Di tengah vakumnya kompetisi dalam negeri, purna insiden pun tragedi memilukan Kanjuruhan, Malang, PSSI diharapkan tetap menjaga kestabilan timnas Indonesia.

Pasalnya, timnas bakal melakoni serangkaian agenda bergengsi seperti Piala Asia U-20 pada 1 hingga 18 Maret 2023 di Uzbekistan. Serta tuan rumah Piala Dunia U-20 Mei hingga Juni dan Piala Asia 2023 untuk timnas Senior

Baca Juga

"Ada tekanan-tekanan tehadap PSSI, terutama buntut dari Tragedi Kanjuruhan, ada rekomendasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang seolah menyandera sepak bola," kata pria yang akrab disapa Bung Towel, Selasa (8/11/2022).

Tentunya, persiapan PSSI saat ini dikhawatirkan tak maksimal. Pasalnya, kata Bung Towel, PSSI kini tengah terbelit oleh persoalan Tragedi Kanjuruhan. Ia menilai, dalam keadaan ekosistem sepak bola Tanah Air stabil dan normal saja, persiapan jelang tiga turnamen besar itu tentu tidak mudah bagi Federasi Sepak Bola Indonesia.

“Apalagi jika dalam situasi seperti sekarang. Karena rekomendasinya, tidak bisa kompetesi kalau tidak KLB. Belum lagi rekomendasi dari Komnas HAM, yang juga merekomendasikan pembekuan. Itu hal-hal yang sangat mengganggu, isu-isu konflik yang sangat menganggu," sambung Towel.

Towel menggarisbawahi rekomendasi yang belakangan bermunculan. Menurut dia, rekomendasi itu berisi desakan-desakan yang justru melahirkan sejumlah hal yang harus disorot.

Pertama, secara aturan, unsur sepak bola tidak mungkin diabaikan, karena desakan itu akan bisa dianggap menyerempet intervensi. Kedua, untuk PSSI pasti sangat mengganggu konsentrasi persiapan Timnas yang dalam kondisi normal untuk fokus persiapan sangatlah tidak mudah, apalagi dalam kondisi sekarang.

"Jadi apakah isu-isu KLB bisa memengaruhi pada persiapan tersebut? Ya tentu sangat bisa," kata pria berusia 51 tahun ini.

Towel menambahkan, ketika FIFA datang ke Indonesia pasca-Tragedi Kanjuruhan, Induk Organisasi Sepa Bola Dunia itu juga memberikan rekomendasi. Namun, kala itu FIFA, yang memang mahfum soal sepak bola, memberikan rekomendasi hal-hal yang sifatnya teknis.

Hal-hal itu adalah transformasi yang sifatnya teknikal, area-area teknis, FIFA memberikan poin-poin penguatan. Itu meliputi tentang prosedur pengamanan, tentang penjadwalan, benchmark, dan sebagainya. 

"Sekarang harusnya leading sector-nya adalah tim tranformasi. Namun, rekomendasi dalam negeri, desakannya justru malah pergantian kepemimpinan di organisasi. Nah, inilah yang sebetulnya harus dipertimbangkan dengan bijaksana karena itu akan menganggu persiapan Timnas, itu sudah pasti," kata dia.

Praktis apabila kemelut tersebut tidak cepat teratasi atau menemui titik terang, Towel meyakini bukan tidak mungkin PSSI akan lebih terkuras pikirannya pada konflik tersebut dan bukan kepada persiapan tim nasional.

"Kalau lihat Timnas itu ya PSSI. Jadi, kalau federasinya (PSSI) disibukkan dengan konflik lain atau isu lain yang menyita energi dan sebagainya, sudah pasti persiapan akan terganggu," kata Bung Towel.

"Itu karena antara dorongan suksesi dengan kebutuhan objektif timnas pasti sulit untuk maksimal," kata dia menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement