REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad Ali sudah diakui kehebatannya di atas ring tinju. Sosok yang lahir di tanggal ini, 17 Januari 81 tahun silam itu mencatatkan berbagai rekor fantastis dengan sarung tinjunya. Mulai dari mencatatkan sebagai petinju dengan tiga kali juara dunia kelas berat hingga peraih medali emas Olimpiade dan beberapa rekor lainnya.
Tetapi bukan berarti petinju dengan julukan The Greatest tak pernah menelan kekalahan. Dalam 61 pertarungan ia mengalami kekalahan sebanyak lima kali. Kekalahan itu rupanya juga dialami Ali di keluarganya saat ia gagal membujuk anaknya Laila Ali memeluk agama Islam.
Laila Ali anak kedelapan dari Sembilan bersaudara hasil pernikahannya dengan istri ketiganya, Veronoca Porche Ali. Sebagai seorang ayah muallaf, setelah menemukan hidayah tentu ingin anak-anaknya juga ikut jejaknya. Namun tidak demikian, Ali justru tak mampu menaklukkan keyakinan Laila Ali.
Dalam sebuah wawancara Laila Ali dengan wbur.org, ia menceritakan tentang pertengkaran besar pertamanya dengan ayahnya di usia tujuh tahun. Ketika itu dibangunkan oleh ayahnya dari tidurnya pagi-pagi sekali untuk shalat. Sebagai anak-anak ia bertanya mengapa harus bangun dan berdoa kepada Tuhan? dan melakukan apa yang diperintah ayahnya.
“Dan kemudian pergi ke masjid — mengapa wanita harus duduk di belakang pria? Semua itu tidak terasa alami bagi saya. Dan saya merasa apa pun yang ada di hati saya ada di hati saya. Saya tidak peduli berapa usia saya saya,” kata Laila.
Laila juga mengungkapkan bagaimana perasaan ayahya ketika harus dihadapkan dengan kenyataan anaknya tak ingin tumbuh sebagai muslimah. Ali mengungkapkan bagaimana Muhammad Ali menyebut Laila Ali tak cukup tahu dengan agama dan langsung disanggah oleh Laila.
"Saya cukup tahu. Itulah yang saya tahu. Saya cukup tahu tentang itu untuk mengetahui bahwa saya tidak ingin menjadi itu. Ayah saya tidak hanya kecewa ketika saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak ingin menjadi muslimah. Dia juga marah,” tutur Laila.
Laila kemudian benar-benar menjauh dari Islam dan memilih agama lain yang dinilai lebih spiritual. Muhammad Ali lambat laun menerimanya.