REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Guru Besar Psikologi Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Dimyati mengatakan, pembinaan SDM tidak terbatas pada pemain, tetapi juga kualitas wasit sebagai pengadil lapangan. Ia menilai, keberadaan wasit menjadi salah satu unsur penting dalam memajukan sepak bola nasional.
Hal itu dikatakan Prof. Dimyati saat memberikan pemaparan dalam seminar nasional Forum Akademisi Penggemar Sepak Bola Indonesia (FAPSI) bertajuk "Revolusi SDM Sepak Bola Indonesia: Manajemen Pembinaan Talenta, Skill, Mental dan Spriritualitas" di Grand Mercure Surabaya, Senin (23/1/2023).
Menurutnya, keputusan wasit yang tidak adil dalam memimpin jalannya sebuah pertandingan akan menuai polemik baik bagi para pemain maupun para supporter pendukung yang merasa dicurangi. Sehingga, dia mendorng supaya ada penguatan wasit yang berkualitas dan berkarakter.
“Realitas yang tidak bisa dipisahkan dari kelancaran atau baiknya pertandingan itu salah satunya adalah ditentukan oleh komponen wasit. Saya melihat wasit di Indonesia itu tidak bisa independen karena banyak persoalan-persoalan yang melekat pada dirinya dan itu makin berat tugas ke depan karena sepak bola di Indonesia sudah dikuasai oleh pemodal,” ujar Prof. Dimyati.
Prof. Dimyati berpendapat, wasit yang tidak memiliki psikologis yang kuat dan berkarakter akan mudah terpengaruh oleh tekanan-tekanan baik dari dalam lapangan maupun tekanan dari kepentingan-kepentingan oknum tertentu.
“Dan tekanan-tekanan pada wasit untuk memimpin pertandingan itu akan sangat menjadi faktor psikologis yang berat, namun saya punya optimisme yang besar ke depan apabila wasit itu ditingkatkan kemampuan psikologisnya dia akan memiliki kekuatan karakter yang baik,” papar Dimyati.
Lanjut Prof. Dimyati, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) perlu meniru federasi induk sepak bola negara-negara maju untuk meningkatkan kualitas wasit dengan berbagai program pelatihan.
“Contoh kalau kita melihat induk organisasi-organisasi sepak bola dunia atau negara-negara seperti Perancis, Spanyol, Inggris mereka semacam PSSI yaitu sudah mempunyai program bagaimana meningkatkan kekuatan karakter wasit melalui program-program latihan psikologis,” paparnya.
“Dan saya kira di Indonesia sangat minim sekali dan seolah-olah wasit itu tidak dipertimbangkan sebagai bagian yang penting dari aspek psikologisnya,” imbuh Dimyati.
Prof. Dimyati mencontohkan karakter wasit terbaik dunia yaitu wasit legendaris asal Italia, Pierluigi Collina sebagai wasit yang memiliki karakter sangat menonjol. Collina dikenal tegas, komunikatif, empati, objektif, konsisten, percaya diri dan berwibawa.
“Mungkin sudah pada tahu Collina seorang wasit yang terkenal di Italia. dia memiliki karakter yang sangat kuat. nah karakter itu terbentuk memang selain dari faktor dirinya sendiri juga faktor luar. Nah faktor luar itulah yang seharusnya oleh PSSI dikembangkan melalui program-program pelatihan psikologis,” ucapnya.
Oleh karena itu, Prof. Dimyati mengatakan sudah seharusnya PSSI memprioritaskan peningkatan kualitas aspek psikologis wasit melalui kegiatan berupa program persiapan psikologis wasit yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan.
“PSSI bisa bekerjasama dengan berbagai asosiasi atau lembaga terkait dalam rangka meningkatkan kualitas psikologis wasit melalui berbagai kajian ilmiah dan kegiatan praktis seperti program pelatihan psikologis,” tuntas Prof. Dimyati.