Selasa 24 Jan 2023 19:04 WIB

Pakar: Uang dari Timur Tengah Paksa Liverpool dan Man United Cari Investasi Baru

Pemilik Manchester United keluarga Glazer tengah menawarkan saham mayoritasnya.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Israr Itah
Para pemain Manchester United (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/Adam Vaughan
Para pemain Manchester United (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investasi Timur Tengah di klub-klub Eropa dan runtuhnya Liga Super Eropa yang direncanakan adalah faktor pendorong utama di belakang dua tim sepak bola paling terkenal di Inggris, Liverpool dan Manchester United, mencari investor baru, kata pakar industri kepada Reuters.

Pemilik United, keluarga Glazer, mulai melihat investasi baru atau potensi penjualan tahun lalu, dengan perusahaan INEOS milik miliarder Inggris Jim Ratcliffe memasuki proses penawaran.

Baca Juga

Pemilik Liverpool Fenway Sports Group (FSG) juga mengatakan mereka akan "mempertimbangkan pemegang saham baru", dengan klub Anfield berjuang untuk lolos ke Liga Champions yang menguntungkan musim depan.

United dan Liverpool adalah dua tim paling sukses di sepak bola Inggris tetapi masing-masing hanya memenangkan satu gelar liga dalam dekade terakhir.

Lisa Neirotti Direktur dalam Program Manajemen Olahraga di Sekolah Bisnis Universitas George Washington, mengatakan pemilik klub "sangat membutuhkan uang" dalam menghadapi pasokan dana "tak terbatas" dari Timur Tengah.

"Tantangan bagi siapa pun yang membeli tim, apakah individu atau perusahaan investasi, adalah mereka harus bersaing dengan tim 'milik negara' seperti Manchester City, Paris Saint-Germain, dan Newcastle United," kata Neirotti.

“Mereka (pemilik saat ini) membutuhkan pemasukan uang tunai untuk terus membayar biaya transfer dan gaji ini. Anda tidak menghasilkan uang dengan menjalankan tim olahraga, Anda menghasilkannya saat menjualnya.

"Anda mendapatkan banyak uang dari Liga Primer, dari penyiaran dan sponsor, tetapi Anda juga harus mengeluarkan banyak uang untuk mempertahankan tim Anda."

Ketika klub-klub top Eropa...

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement