REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Di tengah penolakan Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) tentang berlangsungnya Liga Super Eropa, laporan terbaru menunjukkan potensi reformasi kompetisi antarklub Eropa belum sepenuhnya luntur. Bahkan, pesertanya kini akan bertambah besar.
Kabar tentang Liga Super Eropa (ESL) memicu polemik pada April 2022 lalu. Kala itu 12 klub top Eropa mendeklarasikan berdirinya kompetisi tandingan Liga Champions, yang diinisiasi oleh UEFA.
Adapun dari 12 klub tersebut enam di antaranya dari Inggris yakni Arsenal, Chelsea, Liverpool, Manchester City, Manchester United, dan Tottenham Hotspur. Tiga klub berasal dari Italia, yaitu Juventus, Inter Milan, dan AC Milan. Sementara tiga klub sisanya merupakan raksasa-raksasa Spanyol, Atletico Madrid, Barcelona serta Real Madrid.
Namun, gelombang protes dan tekanan dari pemerintah tempat klub-klub tersebut bernaung membuat usia ESL hanya seumur jagung. Hanya tiga hari setelah deklarasi, proyek ambisius ini mati. Namun sejumlah klub seperti Barca, Madrid dan Juventus kabarnya masih menjaga wacana untuk menggelar kompetisi tersebut.
Surat kabar Prancis l'Equipe, dikutip Football Espana, Rabu (25/1/2023), menjelaskan rencana kompetisi ESL perlahan maju.
ESL kemungkinan bakal menyertakan 50 tim dari 12 negara, yang dimaksud menghadirkan kesempatan serta peluang bagi banyak klub dari liga Portugal, Belanda dan Denmark.
Sementara itu operator ESL, A22, yakin kompetisi ini akan berjalan sesuai rencana. Nantinya kedua belah pihak yang berseteru menunggu Pengadilan Eropa memutuskan apakah UEFA dapat menghukum tim yang memisahkan diri sebelum mengambil tindakan apa pun.
Hingga saat ini, UEFA tetap menganggap ESL sebagai bentuk perlawanan dan akan menghukum setiap klub yang terlibat di dalamnya.