REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari mengungkapkan pembatalan tuan rumah Piala Dunia U20 tahun 2023 menjadi preseden buruk bagi dunia olahraga Indonesia. Ia berharap ke depan tidak terjadi lagi insiden serupa.
Dalam acara buka puasa NOC Indonesia bersama 67 cabor anggota dan juga dihadiri para stakeholder olahraga Jumat (31/3/2023) di Jakarta, Okto sapaan akrab Raja Sapta Oktohari mengatakan, semua merasa sedih. "Merasa kecewa akhirnya tidak bisa menyaksikan dan melihat anak Indonesia U-20 bertanding untuk menciptakan suasana kebahagiaan untuk olahraga sepak bola di Indonesia," katanya.
"Tetapi untuk ini tentunya sebuah tantangan yang harus kita hadapi, sama sama sadari, bahwa ini telah menjadi preseden buruk. Jangan sampai terjadi lagi," jelas Okto.
"Mudah-mudahan para stakeholder, para pengambil kebijakan bisa melihat bahwa Indonesia terlaku besar untuk dikecilkan melalui olahraga. Olahraga harus out of politic, olahraga harus menjadi alat persatuan bukan jadi alat pecah belah," imbuhnya.
Mengenai kemungkinan berimbas ke rencana pencalonan Olimpiade 2036, Okto menyatakan, "Kami tentunya harus kembali lapor kepada pemerintah terutama kepada presiden Joko Widodo, yang sejak awal memberikan support luar biasa kepada olahraga Indonesia."
"Kita sudah memasuki babak baru dalam kepercayaan di level yang cukup tinggi maupun menuju yang tertinggi di pelaksanaan olahraga. Apa yang terjadi hari ini, apa yang terjadi kemarin, dan kita saksikan bersama, ini harus kita hadapi dan mencari solusi supaya Indonesia tetap menjadi negara besar dipercaya kegiatan internasional," tegasnya.
"Saya sebagai Presiden NOC Indonesia yang merupakan representatif dalam Internasional Olympic Committee (IOC) yang tugas utamanya adalah menjaga Olympic Charter atau Piagam Olimpiade tentunya harus menegaskan olahraga harus dilakukan tanpa diskriminasi dan harus bebas dari politik, ketika kita menemukan permasalahan harus bisa dicarikan solusinya dan solusinya harus sesuai dan sejalan dengan napas Olympic Charter," pungkas Okto.