Kamis 13 Apr 2023 10:51 WIB

Anas Urbaningrum Komentari Gagalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia, Singgung Soal Politik

Anas melihat sepak bola tidak berdiri sendiri karena ada unsur politik juga.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Anas Urbaningrum usai bebas akan berkonsentrasi membayar hutang silaturahim. Di sela-sela agenda silaturahmi, Anas bicara terkait penyelenggaraan Piala Dunia U-20 yang gagal diselenggarakan di Indonesia. Ia mengungkapkan masalah tersebut tidak sederhana, dan terbilang kompleks.
Foto: Republika
Anas Urbaningrum usai bebas akan berkonsentrasi membayar hutang silaturahim. Di sela-sela agenda silaturahmi, Anas bicara terkait penyelenggaraan Piala Dunia U-20 yang gagal diselenggarakan di Indonesia. Ia mengungkapkan masalah tersebut tidak sederhana, dan terbilang kompleks.

REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Politikus Anas Urbaningrum telah bebas bersyarat dari Lapas Sukamiskin, Selasa (11/4/2023) lalu, dan tengah menjalani program cuti menjelang bebas (CMB) selama tiga bulan ke depan. Setelah bebas, ia memilih untuk pulang ke kampung halamannya terlebih dahulu di Dusun Sendung, Kampung Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

Anas mengaku ingin sungkem kepada ibunya, Sriati. Tiba di Blitar, ia disambut oleh para loyalis Sahabat AU dan kader Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Jawa Timur.

Baca Juga

Di kediaman ibunya, Anas pun langsung bersimpuh di hadapan ibunya dan langsung sungkem beberapa menit. Setelah itu, ia menyapa dan bersalaman dengan seluruh kerabat serta memberikan pidato.

Kegiatan dilanjutkan dengan buka bersama dan ziarah ke makam Bung Karno. Loyalis Anas terus berdatangan ke kediamannya untuk mengucapkan selamat datang setelah mendekam lama di Lapas Sukamiskin.

Di sela-sela agenda silaturahim, Anas bicara terkait penyelenggaraan Piala Dunia U-20 yang gagal diselenggarakan di Indonesia. Ia mengungkapkan, masalah tersebut tidak sederhana dan terbilang kompleks.

"Memang hal itu tidak sederhana, kompleks, tapi kita harus sadari lingkungan, Indonesia harus sadar lingkungan internasional. Tidak bisa sikap itu hanya mempertimbangkan jalan pikiran sendiri harus melihat peta dasar, yang pengaruhi kebijakan-kebijakan FIFA," ujarnya, Kamis (13/4/2023).

Ia mengatakan, sepak bola tidak bisa berdiri sendiri. Namun, terkait dengan sektor lainnya seperti politik.

"Tidak bisa dikatakan sepak bola adalah sepak bola, sepak bola adalah politik, ada interaksi kekuatan internasional juga itu," katanya.

"Seharusnya, terdapat pertimbangan-pertimbangan yang sangat perinci ketika negara mengambil elemen, termasuk elemen-elemen yang terpengaruh terhadap kehidupan berpengaruh terhadap struktur pemerintahan," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement