REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir dikenal sebagai sosok supel. Meskipun berasal dari kalangan berada dan terbentuk sebagai pengusaha internasional, Erick dikenal sebagai pribadi yang pantang sombong.
Gaya berpakaian hingga potongan rambutnya memang selalu rapi tertata. Namun, ketika diajak bicara, Erick tak pernah menunjukkan jarak. Dari gestur dan bahasa tubuhnya, sebagai komunikator, Menteri BUMN itu mampu menyesuaikan diri dengan siapapun lawan bicaranya.
Lebih kurang, Erick memang mengakui ia paling menghindari sifat bersombong diri kepada orang lain. Ia memetik pelajaran dari kisah legenda tinju dunia, Muhammad Ali. Dalam kisahnya, Muhammad Ali pernah merasa jemawa atas kehebatannya yang superior di atas ring.
Erick mengatakan, semua petinju sadar bahwa memiliki kepercayaan diri tinggi adalah hal absolut. Pada momen timbang badan, di situlah menjadi saat pamer otot dan adu kata untuk mengintimidasi lawan. Akan tetapi, di momen inilah, Ali, yang diakui oleh sang legenda, 'terpeleset'.
Dalam momen tersebut, Muhammad Ali berlagak seperti dewa dengan mengatakan 'dalam ruang sempit sekalipun tubuhnya tak akan bisa disentuh oleh lawannya'. Begitulah Ali, dikenal sebagai petinju berban tinggi besar tapi punya gerakan sangat cepat.
Float like a butterfly, sting like a bee. The hands can't hit what the eyes can't see. Demikian frasa terkenal dari Ali yang berarti; Melayang seperti kupu-kupu, menyengat seperti lebah. Tangan tidak bisa memukul apa yang tidak bisa dilihat mata.
Namun, seiring perjalanan waktu, Muhammad Ali jatuh sakit karena penyakit Parkinson. Akibat penyakit itu, Muhammad kesulitan bergerak. Kecepatan tubuhnya seketika hilang.
Tangan Ali bergetar meski hanya memegang benda ringan. Di Olimpiade Atalanta 1996 ketika dipercaya memegang obor tangannya juga tampak bergetar. Potret tersebut berbanding terbalik dengan kondisi dia sebelumnya yang terkenal gesit dan lincah.
Perjalanan hidup Muhammad Ali itu kemudian ia ceritakan di hadapan media. Dia menjelaskan alasan mengapa jatuh sakit.
“Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengizinkan saya terken Parkinson agar saya sadar bahwa saya hanyalah manusia biasa,” kata Erick mengucapkan pernyataan Muhammad Ali di masa lalu.
Secara tersirat, Erick ingin berpesan bahwa tak ada manusia yang lebih hebat dari Allah. Contoh Muhammad Ali adalah bukti nyata bahwa kehebatan seorang atlet tak akan selamanya mereka sandang.
Erick kini mengemban amanat sebagai Ketum PSSI. Mantan Presiden Inter Milan ini memiliki pekerjaan besar untuk memperbaiki persepak bolaan Indonesia. Dengan tanpa jemawa, merangkul semua pihak untuk maju bersama.