Senin 18 Dec 2023 22:00 WIB

Mourinho Masih Kesal Tottenham Memecatnya Dua Hari Menjelang Final Piala Liga Inggris

Mourinho tanpa trofi saat menangani Tottenham Hotspur.

Pelatih AS Roma yang dulu sempat menangani Tottenham Hotspur, Jose Mourinho.
Foto: AP Photo/Massimo Paolone
Pelatih AS Roma yang dulu sempat menangani Tottenham Hotspur, Jose Mourinho.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mourinho telah memenangkan sejumlah trofi bersama Porto, Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, Manchester United dan AS Roma. Di dalamnya termasuk tiga gelar Liga Primer Inggris dan dua mahkota Liga Champions. 

Satu tim yang dipegangnya gagal mendapatkan trofi adalah Tottenham Hotspur. Masa jabatannya di Tottenham merupakan yang terpendek dalam karier manajerialnya sejak ia mulai berkiprah di Porto.

Baca Juga

Mourinho hanya bertahan selama 86 pertandingan di Tottenham. Dia memenangi 44 di antaranya, menderita 23 kekalahan, dan mengakui bahwa tim Liga Primer tersebut satu-satunya tim yang pernah ia tangani, yang tidak memiliki ikatan emosional dengannya.

Mourinho tampaknya masih bingung dan kesal ia dipecat, mengingat rekam jejaknya yang telah memberikan banyak trofi. Dalam perbincangan dengan Obi One Podcast, dikutip dari Goal, Senin (18/12/2023), ia mengungkapkan kekesalannya lagi. 

"Yang paling konyol adalah sebuah klub yang memiliki ruang trofi kosong memecat saya dua hari sebelum pertandingan final. Itu adalah salah satu yang ... ayolah! Tottenham tidak pernah menang selama 50 tahun. Saya tidak ingat kapan. Saya dua hari menjelang final dan saya tidak bisa berada di final. Itu salah satu yang tidak menyenangkan," kata Mourinho.

Ia mengaku selalu memiliki rencana, tapi terkadang tidak berhasil. Namun kenyataannya, setiap kali pergi ke Wembley bersama Chelsea, ia menang. Bersama Man United tiga kali, dua kali ia berjaya. 

"Jadi rekornya bagus. Itu adalah stadion dan atmosfer yang saya kuasai dengan baik, karena ketika Anda pergi ke pertandingan-pertandingan besar, Anda harus merasa nyaman. Anda tidak bisa pergi ke pertandingan-pertandingan ini dan merasa stadionnya terlalu besar," katanya. 

Ia bangga memiliki pengalaman membantu tim menjadi yang terbaik. Kala itu, Tottenham akan bertanding melawan Man City di final. Menurut dia, bodoh jika menggaransi timnya menang. 

"Namun beberapa pekan sebelumnya, kami menang atas mereka 2-0 di stadion kami, jadi perasaannya positif. Namun, itulah yang terjadi," sesalnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement