REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriteria Ketua persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang baru diharapkan kredibel dan berintegritas untuk membangun sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik.
"Kita semua pasti maunya yang kredibel, boleh saja dari manapun, tidak hanya mantan pemain atau pelatih saja, asalkan dia punya pemahaman terhadap sepak bola," kata Deputi IV Bidang Olah Raga dan Prestasi Kementerian Pemud dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S Dewabroto di Stadion Tugu, Jakarta, Rabu (3/8).
Selain memiliki kredibilitas tinggi, Gatot juga berharap Ketua PSSI yang baru, tidak merangkap jabatan apapun termasuk di Partai Politik, bisa meyeimbangkan berbagai kepentingan dan bisa menjaga hubungan dengan semua pihak.
"Jadi jangan ada konflik kepentingan serta jangan seperti kemarin, giliran ditegur Kemenpora, mereka mengatakan tuan kami FIFA bukan Kemenpora, ini kriteria sederhana tapi sulit dilakukan," ucapnya.
Kendati demikian, Gatot menegaskan pihaknya tidak akan ikut campur dalam pemilihan Ketua Umum PSSI dan menyerahkannya pada pemilik hak suara di Kongres PSSI.
"Kami menyerahkan sepenuhnya kepada voter, kalau campur tangan, kita bisa offside," ucap Gatot.
Sementara itu, Anggota Komite Eksekutif PSSI Tony Apriliani menilai kriteria untuk Ketua Umum PSSI yang palin pantas adalah yang sesuai statuta dari Federasi Sepak Bola Indonesia itu.
"Ya sesuai statuta lah lalu sudah lima tahun berkecimpung, punya kompetensi, memiliki waktu untuk mengurus PSSI, memiliki kepiawaian dalam memanage dan mereform dengan baik. Untuk latar belakang, apapun saya rasa bisa," tuturnya.
Terkait dengan nama Pangkostrad Letjen Edy Rahmayadi yang santer terdengar sebagai calon kuat untuk menjadi Ketua Umum PSSI, Tony menyatakan masih ada nama-nama lainnya untuk menjadi Ketua Umum PSSI.
"Saya dengar ada Edi, Moeldoko dan lainnya. Tapi belum muncul karena itu didorong oleh voter, selain itu ada juga yang mendorong Joko Driyono," tutur Tony menambahkan.