Senin 07 Aug 2017 17:03 WIB

Riset Soal Mental Jadi Alasan Penerapan Aturan Penalti ABBA

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Israr Itah
Ekspresi kiper Chelsea, Thibaut Courtois setelah gagal mengeksekusi penalti lawan Arsenal pada laga Community Shield, di Stadion London, Wembley, Ahad (6/8).
Foto: EPA/Will Oliver
Ekspresi kiper Chelsea, Thibaut Courtois setelah gagal mengeksekusi penalti lawan Arsenal pada laga Community Shield, di Stadion London, Wembley, Ahad (6/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Aturan baru babak penalti ABBA sudah diterapkan dalam laga Community Shield yang mempertemukan Chelsea kontra Arsenal, Ahad (6/8) malam WIB. Pada praktiknya, aturan yang sudah disetujui badan organisasi sepak bola Eropa (UEFA) itu berjalan tak seperti penalti sebelumnya.

Sebagai gambaran, Chelsea dianalogikan sebagai A dan Arsenal, B. Usai koin dilempar, pemain Chelsea (A) Gary Cahill maju lebih dulu sebagai penendang. Setelah itu, penggawa Arsenal, Theo Walcott (B) mengambil tugas sebagai eksekutor untuk timnya.

Di sinilah kemudian letak perbedaannya. Usai Walcott (B) menendang, pengambil penalti selanjutnya bukanlah pemain Chelsea (A). Tetapi, pemain Arsenal (B) kembali jadi penendang. Usai Arsenal (B) melaksanakan tugas, penalti baru kembali dieksekusi oleh Chelsea (A). Begitu seterusnya hingga total 10 penendang mengambil bagian.

Menurut International Football Association Board (IFAB), aturan yang baru diujicoba bulan Maret lalu di Piala Eropa U-17 kategori putra dan putri ini, ada alasan khusus berbasis hipotesa atas penerapan penalti ABBA.

Menurut mereka, sebuah riset memaparkan bahwa unsur mental sangat berpengaruh dalam mengeksekusi bola di babak adu penalti. Beban mental paling berat disebut jadi milik tim yang kebagian tugas menendang bola kedua. Hasil penelitian yang dilakukan London School of Economics and Political Science memaparkan kemenangan pada babak adu penalti 60 persen jadi milik tim yang pertama menendang. 

Tim yang menendang kedua akan dibebani target untuk menyamakan skor karena tertinggal lebih dulu. Hal inilah yang coba diminimalisasi melalui penerapan aturan penalti ABBA. Diharapkan, beban mental kedua tim menjadi terbagi.

Rencananya, aturan ini akan diterapkan sepenuhnya di kompetisi Piala Liga Inggris (EFL Cup) musim 2017/2018.  Chief Executive EFL Shaun Harvey pun menyambut hangat aturan baru tersebut.

"Kami menyambut inovasi ini di EFL dan saya sangat senang dengan penerapan aturan baru yang akan membawa kemajuan di dunia sepak bola," ujarnya dikutip dari Sky Sports, Senin (7/8).

Harvey menilai aturan baru ini akan meningkatkan keadilan dalam penentuan pemenang dalam sebuah pertandingan. Atas prinsip keadilan inilah, EFL menurutnya harus menerapkan aturan baru tersebut.

"Kami ingin pertandingan sepak bola berlangsung di atas prinsip keadilan. Saya yakin inovasi ini akan membawa perubahan yang baik sehingga membuat sebuah laga sepak bola lebih kompetitif," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement