Selasa 06 Mar 2018 21:19 WIB

PSSI Inginkan Kompetisi Liga 1 2018 Berakhir Oktober

Penjadwalan kian rumit karena bentrok dengan kalender nasional dan internasional.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Endro Yuwanto
Wakil Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Joko Driyono
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Wakil Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Joko Driyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tetap menghendaki Liga 1 musim ini berakhir pada Oktober 2018. Estimasi masa rampung kompetisi kasta utama nasional tersebut dengan mempertimbangkan gelaran Piala AFF 2018 yang akan dimulai pada 8 November mendatang.

Plt Ketua Umum PSSI Joko Driyono mengatakan, idealnya kompetisi Liga 1 digelar sepanjang 34 pekan dengan format kompetisi penuh. "Idealnya, 17 kali laga kandang dan 17 kali laga tandang," ujar dia saat ditemui di Kesekretariatan PSSI Pers, di Jakarta, Selasa (6/3).

Dengan jumlah pertandingan ideal tersebut, PSSI sejak awal menghendaki agar operator kompetisi Liga Indonesia Baru (LIB) memulai kick-off perdana Liga 1 pada pertengahan atau paling lambat pekan terakhir Februari. Tetapi LIB sampai hari ini belum juga memulai kick-off perdana kompetisi sepak bola tertinggi di Tanah Air tersebut.

PSSI pun memberikan koridor waktu baru bagi LIB agar memulai Liga 1 pada antara 3 sampai 10 Maret. Tetapi baru-baru ini, LIB pun kembali tak sanggup dengan opsi tersebut. Sekarang ini, Joko mengatakan, federasi kembali memberikan alternatif baru bagi LIB agar memulai Liga 1 antara 18 sampai 24 Maret.

Joko mengatakan, opsi baru kick-off perdana tersebut dengan memastikan Liga 1 pungkas pada akhir Oktober. Namun dengan dampak pemadatan pertandingan dalam setiap pekannya. Ia meambahkan, masa ideal Liga 1 34 kali pertandingan akan memakan waktu kompetisi yang panjang sampai Desember bahkan bisa sampai Januari tahun mendatang.

Masa ideal tersebut, lanjut Joko, sudah tak mungkin dapat dilakukan. Karena itu, PSSI meminta LIB memadatkan pertandingan menjadi 24 pekan, atau antara 28 sampai 30 pekan. Jumlah pekan pertandingan tersebut dengan tetap pada jadwal pungkas Liga 1 pada Oktober.

Joko menjelaskan, jika 24 pekan yang menjadi pilihan, akan ada empat pertandingan dalam setiap tiga pekannya. Alternatif lainnya, dengan melakoni tiga pertandingan dalam tiap dua pekan. Jika 28 atau 30 pekan yang menjadi pilihan, Liga 1 akan tutup musim pada akhir November atau selambatnya pekan awal Desember. "Maka kami harus berdiskusi dengan klub-klub dan AFF (Federasi Sepak Asia Tenggara)," ujar dia.

Restu dari AFF diperlukan agar Liga 1 dapat berjalan sampai November atau Desember, mengingat gelaran AFF 2018 mengharuskan berhentinya semua kompetisi domestik di Asia Tenggara. "Itu tidak mudah. Tapi bukan tidak mungkin dilakukan," sambung Joko.

Bentrok sejumlah kalender

Joko menambahkan, semakin rumit penjadwalan pekan pertandingan Liga 1 musim ini lantaran adanya sejumlah kalender nasional dan internasional yang beririsan dengan kompetisi. Selain soal Piala AFF, paling penting soal Asian Games 2018. Karena di masa pesta olahraga terbesar di benua Asia tersebut, Liga 1 diharuskan vakum sementara.

Asian Games akan dimulai pada Agustus. Sebelum gelaran tersebut, Liga 1 harus mengurangi jumlah jam pertandingan setiap pekannya lantaran masuk bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri 2018. Di masa pengurangan jam tanding tersebut, juga ada Piala Dunia 2018 yang juga megharuskan Liga 1 libur.

Sejumlah agenda internasional tersebut belum cukup membuat rumitnya penjadwalan kompetisi Liga 1. Di internal PSSI dan LIB, masih memutar otak tentang penyesuaian jadwal kompetisi Piala Indonesia yang juga beririsan dengan kalender Liga 1.

Piala Indonesia akan mempertandingkan semua klub-klub di Indonesia yang jumlahnya sebanyak 128 kesebelasan, termasuk 18 klub Liga 1. Rencananya gelaran tersebut akan dimulai pada April sampai Desember. Namun klub-klub kasta utama hanya menunggu kesebelasan lawan pada babak 32 besar nasional.

Akan tetapi apapun opsi yang diberikan PSSI kepada LIB tentang pelaksanaan Liga 1 masih belum terang. Sebab LIB sampai hari ini belum memastikan kapan gelaran perdana Liga 1 tersebut akan dimulai. Joko menambahkan, semua opsi dan simulasi jadwal Liga 1 yang berkembang saat ini akan didiskusikan dalam RUPS LIB pada 8 Maret nanti.

Subdirektur LIB Tigor Shalomboboy mengatakan, persoalan jadwal kompetisi bukan menjadi faktor utama pemunduran kick-off perdana Liga 1 tahun ini. Kata dia, faktor paling krusial dalam penundaan kick-off perdana Liga 1, yaitu menyangkut penyelesaian sengketa subsidi klub-klub peserta kompetisi musim 2017.

Penyelesaian dan pelunasan sisa subdidi klub Liga 1 2017, kata Tigor, baru akan dibicarakan lewat RUPS LIB. Menurut dia, ada dua isu utama dalam RUPS LIB nanti, yaitu memastikan jadwal kick-off perdana Liga 1, sekaligus mekanisme penyelesaian dan pelunasan sisa tunggakan subsidi klub-klub peserta kompetisi musim lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement