Jumat 21 Dec 2018 10:46 WIB

Menanti Tuah McMenemy, Indra, dan Bima

Tugas berat menanti ketiganya dalam memajukan tim Garuda.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Ekspresi pemain timnas Indonesia Evan Dimas seusai gagal melakukan tendangan ke gawang Uni Emirat Arab dalam pertandingan cabang sepakbola Asian Games 2018 di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Jawa Barat, Jumat (24/8).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ekspresi pemain timnas Indonesia Evan Dimas seusai gagal melakukan tendangan ke gawang Uni Emirat Arab dalam pertandingan cabang sepakbola Asian Games 2018 di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Jawa Barat, Jumat (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memutuskan Simon McMenemy sebagai pelatih tim nasional (timnas) Indonesia. Pelatih klub Bhayangkara FC tersebut diikat kontrak dua tahun.

McMenemy diminta menukangi skuat Garuda untuk persiapan kualifikasi Piala Asia 2023 dan Piala AFF 2020. Selain itu, ia juga dibebani tugas untuk mempersiapkan timnas dalam mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2022 .

Wakil Ketua Umum PSSI Djoko Driyono mengatakan, penunjukkan McMenemy telah melalui pembahasan yang panjang di internal federasi. Hasilnya, Komite Eksekutif (Exco) PSSI mengambil keputusan bulat menjadikan pelatih asal Skotlandia itu, sebagai juru taktik timnas pada Kamis (20/12).

“PSSI yang di dalamnya seluruh Exco, menyetujui dan menetapkan beberapa pelatih nasional di semua level usia. McMenemy salah satunya,” ujar Djoko saat konferensi pers di bilangan Jakarta Selatan,  kemarin.

Djoko mengatakan, penunjukkan McMenemy bukan tanpa referensi. PSSI menjadikan McMenemy sebagai pelatih timnas setelah melihat reputasinya di gelanggang liga Tanah Air dan kejuaraan level Asia Tenggara.

 

photo
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kiri) memberikan bola kepada Pelatih Bhayangkara FC Simon McMenemy (kanan) bersama dengan sejumlah pemain Bhayangkara FC berfoto bersama saat peluncuran tim Bhayangkara FC di Wisma Bhayangkari, Jakarta, beberapa waktu lalu

Pelatih berkebangsaan Skotlandia itu berhasil membawa Bhayangkara FC juara Liga 1 2017. Satu tahun kemudian, McMenemy mampu mempertahankan status Bhayangkara FC sebagai tim elite Indonesia dengan finis di peringkat ketiga Liga 1 2018. McMenemy juga sukses mengantarkan timnas Filipina ke jajaran papan atas persaingan Asia Tenggara.

Penujukkan nama McMenemy oleh PSSI sebetulnya tak mengejutkan. Hal itu karena sejak September lalu, pelatih berusia 41 tahun tersebut sudah masuk radar calon pengganti Luis Milla Aspas yang gagal diperpanjang kontraknya usai Asian Games 2018, Agustus lalu.

Selain mengambil keputusan tentang nahkoda di tim utama, PSSI juga mempromosikan Indra Sjafri sebagai pelatih timnas U-23. Juru taktik berusia 55 tahun tersebut selama ini suks membesut skuat Garuda U-19.

Djoko mengatakan, penunjukkan Indra seleras dengan rencana program kelanjutan level umur skuat nasional. “Indra Sjafri dengan latar belakangnya di timnas U-19. Kami (Exco) sepakat mempercayakan timnas U-23 di bawah kepelatihannya,” ujar dia.

Djoko menerangkan, selama ini Indra berkutat di skuat muda U-19. Oleh karena itu, Indra dipilih terus mengawal pasukan U-19 yang akan memasuki jenjang U-23. Djoko menambahkan, PSSI memastikan skuat U-23 Indonesia akan ikut serta dalam Piala AFF U-23 2019.

Nama Indra Sjafri, memang mapan di kepelatihan skuat muda U-19. Ia pernah memberikan gelar juara Piala AFF U-19 2013. Indra lalu sempat didepak. Namun, ketika kepengurusan PSSI yang baru di bawah Ketua Umum Edy Rahmayadi, pada tahun 2017 Indra kembali dipanggil untuk menukangi timnas Indonesia U-19.

 

photo
Pelatih timnas U-19, Indra Sjafri (kanan) bersama mantan Pemred Republika, Nasihin Masha beberapa waktu lalu.

Sayangnya, sepanjang gelaran 2017, pelatih asal Sumatra Barat itu tak berhasil memberikan satupun gelar. Tim racikan Indra tak lolos fase grup saat di kualifikasi Piala Asia U-19 2018, dan gagal mengembalikan gelar juara Piala AFF U-19 2017 dengan cuma meraih peringkat kedua.

Kegagalan tersebut yang membuat PSSI sempat menghentikan kontraknya pada November 2017. Akan tetapi, PSSI kembali memanggilnya melatih pada Meret 2018. 

Indra kemudian membimbing pasukan mudanya di Piala Asia U-19. Meski kandas pada fase grup, Indonesia U-19 tampil di putaran final karena berstatus tuan rumah.

Kemudian, Indra berhasil membawa timnas U-19 lolos fase grup. Akan tetapi gagal di babak perempat final setelah kalah dari Jepang U-19. Gelaran tersebut menjadi kalender turnamen terakhir bagi Indra di skuat Indonesia U-19 pada musim kejuaraan 2018.

Meski dianggap gagal memberikan prestasi, Indra sebetulnya berhasil dalam membangun pondasi sepak bola usia belia. Beberapa nama penggawa muda hasil buruannya, terbukti menjadi bintang baru sepak bola Indonesia.

Pada 2013 lalu, nama besar Evan Dimas Darmono di skuat nasional senior, tak lepas dari peran Indra Sjafri yang menjadi pelatihnya saat di Garuda U-19. Saat ini, pun Indra Sjafri punya peran mengangkat kiprah pemain gelandang serang Garuda U-19 Egy Maulana Vikri.

Lewat andil Indra, pemain jebolan SKO Ragunan tersebut berhasil menembus karier di Eropa dengan bermain bersama Lechia Gdansk di Liga Polandia. Selain Egy, Indra juga memunculkan bintang-bintang baru dari barisan U-19 seperti gelandang sayap Saddil Ramdhani, pemain yang juga punya peran dalam skuat Garuda U-23. Kemudian, ada striker Rafly Mursalim, Witan Sulaiman, dan Todd Rivaldo Ferre.

 

Kawal Talenta Muda Bersama Bima

Perombakan yang dilakukan PSSI juga terjadi di timnas U-16. “Bima Sakti tetap kita percaya sebagai salah satu pelatih nasional. Kita mempercayakan dia untuk berada di timnas U-16 dengan kontrak awal satu tahun,” ujar Wakil Ketua Umum PSSI Djoko Driyono di Jakarta, kemarin.

Djoko menjelaskan tentang penunjukkan Bima di skuat U-16. Peran mantan kapten timnas ini krusial mengingat reputasinya yang digadang PSSI sebagai salah satu calon pelatih masa depan timnas Indonesia. Itu sebabnya, PSSI mempercayakan bibit skuat nasional kepada Bima.

Ditunjuknya Bima sebagai pelatih U-16 pun merupakan bagian dari tonggak pertama PSSI dalam menjalankan program besar membangun skuat nasional dari level usia paling bawah. Djoko menerangkan, PSSI akan membagi wilayah kepelatihan skuat muda dalam tiga zona.

photo
Bima Sakti saat menjadi Asisten Pelatih Timnas Indonesia.

“Untuk U-16 dan U-19 ini, PSSI sangat memperhatikan potensi talent (pemain) yang ada di wilayah Indonesia. Dengan keluasan wilayah kita (Indonesia), kita membaginya nanti dalam zona timur, tengah, dan barat dalam mencari bibit skuat nasional,” terang Djoko.

Rencana program tersebut sebetulnya warisan dari wacana yang Luis Milla sampaikan kepada PSSI saat masih berada di Indonesia. Kala itu, Milla meminta dibentuk tim kepelatihan induk yang membawahi tim kepelatihan tiga zona.

Djoko menerangkan, nantinya tim kepelatihan induk U-19 dan U-16 akan mengepalai tim kepelatihan di tiga zona. Setiap zona, masing-masing punya kepelatihan lokal yang membentuk timnas U-19 dan U-16 dengan komposisi masing-masing sekitar 30 pemain. Artinya, bakal ada 90 penggawa timnas level U-19 dan U-16 dari tiga zona yang berpotensi masuk ke level induk di bawah kepelatihan Bima.

Menurut Djoko, para penggawa timnas di tiga zona tersebut, tak ditargetkan menjuarai satupun gelaran internasional. Sebab tujuan utama dari pembagian zona ini adalah memastikan ketersedian bibit para penggawa nasional.

“Jadi untuk (rencana) ini, di level usia muda, akan ada sekitar tiga pelatih dengan satu pelatih kordinator di tingkat nasional,” kata Djoko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement