Kamis 31 Oct 2019 12:49 WIB

Ini Buntut Akibat Kericuhan di Stadion Gelora Bung Tomo

Yang paling dirugikan atas insiden tersebut adalah klub, yakni Persebaya Surabaya.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Endro Yuwanto
Suporter Persebaya memasuki lapangan usai pertandingan Liga 1 2019 antara Persebaya dan PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (29/10/2019).
Foto: Antara/Moch Asim
Suporter Persebaya memasuki lapangan usai pertandingan Liga 1 2019 antara Persebaya dan PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (29/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih Persebaya Surabaya, Wolfgang Pikal, memutuskan untuk melepaskan jabatannya setelah kekalahan 2-3 dari PSS Sleman, yang berujung dengan kemarahan para suporter Persebaya dengan melakukan pengrusakan dan pembakaran di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Selasa (29/10). Pernyataan tersebut disampaikan pelatih asal Austria itu melalui video yang diunggah pada akun Instagram resmi Persebaya.

"Saya mau bilang terima kasih untuk Persebaya. Saya mau bilang terima kasih untuk manajemen Persebaya dan pemain," kata Pikal dalam video tersebut, Rabu (30/10). "Hari ini 30 Oktober 2019 saya menyatakan mundur sebagai pelatih kepala Persebaya. Ini merupakan tanggung jawab saya sebagai pelatih kepala. Ini risiko dari pekerjaan saya."

Baca Juga

Selain pengunduran diri sang pelatih, insiden yang terjadi di stadion yang diproyeksikan menjadi venue Piala Dunia U-20 2021 itu juga mengundang rasa prihatin dari berbagai pihak.

Sesmenpora, Gatot S Dewa Broto sangat menyayangkan peristiwa tersebut. Pasalnya, kata dia, kerusuhan yang dilakukan oleh para suporter akan menimbulkan kerugian besar.

Gatot menyatakan, pada November nanti FIFA akan melakukan survei untuk menilai apakah stadion tersebut layak untuk menjadi venue Piala Dunia U-20 atau tidak. "Sangat disayangkan, meskipun kerusuhan tidak terjadi antarsuporter dan itu murni sebagai pengungkapan rasa kecewa suporter Persebaya," kata Gatot kepada Republika.co.id, Rabu (30/10).

Senada dengan itu, Kepala Hubungan Media PSSI, Gatot Widakdo mengatakan, atas kerusuhan tersebut Komite Disiplin PSSI masih menunggu laporan dari match commisioner. Namun dia mengingatkan bahwa sesungguhnya yang paling dirugikan atas insiden tersebut adalah klub, yakni Persebaya.

Menurut Gatot, suporter harus menyadari itu. Kendati demikian, ia mengatakan PSSI sangat menyayangkan peristiwa tersebut. "PSSI berharap ini tidak terulang lagi di daerah-daerah lain."

PSSI, kata Gatot, mesih menunggu laporan lengkap dari komisi pertandingan. "Nanti match commissioner akan memberikan laporannya kepada Komdis PSSI, baru nanti disidang kode disiplin mana yang dilanggar baru nanti sanksinya seperti apa," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement