REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tepat pada 23 Januari 2002, Jose Mourinho mengambil alih kepelatihan klub Porto dari Octavio Machado. Di klub ini, pria asal Portugal itu mulai membangun reputasinya sebagai the Special One.
Semua berawal dari kesuksesan Mourinho mengarsiteki klub Portugal Benfica pada 2000. Pada musim 2001/2012, pelatih berdarah Portugal ini juga berhasil menukangi klub Leiria.
Pendekatan analitis dalam pelatihan sekaligus keberhasilan di lapangan menarik perhatian Porto yang merupakan klub paling sukses di Liga Primeira sepanjang 1990-an dengan delapan gelar top selama satu dekade. Akan tetapi, mereka hanya berada di posisi runner-up pada 2000 dan 2001.
Saat Mou melatih Porto, klub yang bermarkas di Estadio do Dragao ini sedang terpuruk di posisi lima klasemen liga setelah kalah dari klub Boavista pada 20 Januari. Dalam pertandingan pertama klub di bawah Mou, Porto menang 2-1 di kandang Maritimo, lalu diikuti dengan lima kemenangan dari enam pertandingan Liga Primeira. Upaya itu membawa Porto finis di peringkat tiga klasemen liga pada akhir musim.
Selanjutnya, musim 2002/2003 Mou membuat pasukan Naga mengantongi gelar juara Piala UEFA. Mereka berhasil mengalahkan Celtic di final dengan skor 3-2. Pada musim berikutnya, Porto di bawah kepelatihan Mou berhasil memenangkan dua gelar sekaligus, yakni gelar juara Liga Primeira dan juara Liga Champions pada 2004.
Saat ia pindah ke Stadion Stamford Bridge untuk melatih Chelsea, Mou mulai mengukuhkan diri sebagai the Special One. Julukan itu melekat kepadanya usai sebuah wawancara dengan para wartawan Inggris. "Jangan panggil saya pelatih yang arogan. Saya adalah juara Eropa. Karena itulah, saya berpikir saya adalah seseorang yang spesial," katanya.