REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Striker Juventus Paulo Dybala menyebut semua orang harus bersatu untuk melawan diskriminasi rasial. Ajakannya ini menyusul tewasnya warga kulit hitam, George Floyd, di tangan polisi Amerika Serikat.
Berbagai protes atas antirasialisme pun meluas, termasuk ke Inggris dan Eropa Barat. Merujuk pada kasus tersebut, kenangan pahit pun muncul ketika mantan rekan satu tim Dybala, Moise Kean, mengalami insiden diskriminasi beberapa waktu lalu.
Dybala mengajak pemain sepak bola di Seri A untuk memiliki tanggung jawab atas berbagai insiden diskriminasi rasial, termasuk lebih proaktif di pertandingan yang berlangsung di Italia. "Kadang-kadang sulit untuk menempatkan diri pada posisi seseorang yang menderita rasisme ketika Anda tidak benar-benar menderita karena tidak pernah mengalaminya," kata dia dilansir dari laman Sky Sports, Rabu (10/6).
Dybala menjamin seluruh pesepak bola yang tidak mengalami insiden rasialisme memiliki rekan satu tim yang pernah mengalaminya. Apalagi, diskriminasi rasialisme tidak hanya soal warna kulit, tetapi juga asal negara dan keturunan.
"Di sini bukan hanya orang kulit berwarna yang seharusnya memerangi rasialisme. Di sini kita semua bersatu sebagai masyarakat, sebagai dunia, dan harus melakukannya," kata Dybala.
Dybala mengenang lagi saat Kean mengalami disriminasi ketika Juventus melawan Cagliari pada musim lalu. Saat itu seorang pejabat Seri A mengarahkan pendukung Cagliari untuk melempar botol dan menyoraki Kean dengan sebutan monyet.
Dybala menyebut, tidak mudah bagi Kean menghadapi diskriminasi tersebut sehingga dia benar-benar merasa antirasialisme harus diperjuangkan. "Banyak stadion Italia memiliki rasialismeme tertentu pada beberapa pemain. Hal sama juga terjadi pada Mario Baloteli, juga Miralem Pjanic ketika melawan Brescia, dan saya pikir hukuman di Italia harus lebih keras," kata Dybala.
Dybala berharap ada tindakan tegas atas setiap diskriminasi rasialisme yang terjadi di sepak bola Italia sehingga tidak ada lagi kejadian serupa terjadi. "Jika tidak, kita akan menjadi pemain yang harus mengambil langkah-langkah sendiri sehingga ini tidak terus terjadi. Kita berbicara soal kejuaraan terbesar di dunia, di mana jutaan orang menonton. Jika mereka melihat ada rasisme dan tidak ada tindakan yang diambil, orang menjadi berani dan terus melakukannya," katanya.