REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sprinter asal Amerika Serikat (AS) Deajah Stevens akan melewatkan Olimpiade Tokyo tahun depan karena diskors selama 18 bulan. Ini setelah Stevens tidak memenuhi panggilan tes antidoping oleh badan integritas atletik (AIU), Jumat (17/7).
Hukuman tersebut sudah diberikan sejak 17 Februari 2020 dan akan berakhir tengah malam 16 Agustus 2021 atau delapan hari setelah Olimpiade Tokyo diselenggarakan. Perempuan berusia 25 tahun itu tercatat sudah tiga kali tidak memenuhi panggilan melakukan tes antidoping, yakni pada Februari 2019, Agustus 2019, dan November 2019.
Dilansir dari Reuters, Stevens melewatkan panggilan pertama setelah petugas dari badan antidoping tidak berhasil menemukan lokasi kediamannya di wilayah Oregon, AS dan tidak ada respon saat dihubungi melalui saluran telepon.
Kemudian pada Agustus 2019, pada pagi hari, Stevens mengklaim telepon selulernya kehabisan baterai semalaman sehingga ketika bangun, dia hanya melihat ada lima panggilan tak terjawab. Sementara itu, petugas juga tidak mendapatkan respons apapun setelah mengetuk pintu rumahya selama 22 menit.
Pada panggilan tes terakhir, November 2019, Stevens mengaku sedang berada di salah satu kediamannya selama sekitar satu jam, namun telah mengganti nomor teleponnya guna menghindari tindak pelecehan yang dilakukan oleh orang tak dikenal yang juga mengancam nyawa tunangannya.
Saat itu, berdasarkan keterangan petugas, akses menuju kediaman Stevens telah dibatasi dan tidak ada nama Stevens dalam daftar penghuni gedung itu. Meski demikian, atlet yang finis urutan ketujuh pada final Olimpiade Rio de Janeiro 2016 itu berhak mengajukan banding atas keputusan tersebut.