Kamis 05 Nov 2020 22:48 WIB

Bambang Pamungkas: Musuh Terberat Atlet adalah Popularitas

Bambang Pamungkas menyebut banyak atlet lupa identitas ketika terbuai popularitas.

Bambang Pamungkas menyebut banyak atlet lupa identitas ketika terbuai popularitas (Foto: Manajer Persija Bambang Pamungkas)
Foto: Antara/Zabur Karuru
Bambang Pamungkas menyebut banyak atlet lupa identitas ketika terbuai popularitas (Foto: Manajer Persija Bambang Pamungkas)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan pesepak bola nasional Bambang Pamungkas (Bepe), berbicara soal tiga hal yang menjadi musuh terbesar seorang atlet. Baginya, tiga hal itu adalah cedera, kejenuhan, dan popularitas.

Dari tiga hal itu, Bambang menyebut bahwa popularitas menjadi musuh terberat yang harus diantasipasi oleh seorang atlet, terutama di era digital seperti saat ini. Popularitas, menurut dia, memang bisa menjadi hal positif.

Baca Juga

Namun, ini bisa juga sangat negatif jika tak dapat diantisipasi dengan baik. Menurut Bepe, banyak pemain yang mendadak lupa dengan identitas mereka sebagai seorang atlet karena terbuai dengan popularitasnya yang kian menanjak.

“Saya selalu menyampaikan bahwa musuh terbesar seorang atlet ada tiga. Pertama cedera, kejenuhan, dan popularitas,” kata Bambang dalam jumpa pers virtual Pembukaan Biskuat Academy 2020, Kamis (5/11).

“Dari tiga ini yang terberat adalah popularitas terutama di era seperti ini. Itulah kenapa saya selalu menyampaikan bahwa kita harus fokus pada apa yang kita kerjakan dan mengerti siapa kita,” ujar dia menambahkan.

Artinya, sebagai seorang atlet maka penilaian publik terhadap mereka adalah seberapa baik penampilan mereka di lapangan. Publik tidak melihat soal seberapa populer ataupun seberapa banyak jumlah penggemar atau followers di media sosial.

Manajer klub Persija Jakarta itu menyampaikan bahwa ia tak bermaksud membatasi keinginan seorang atlet untuk populer. Hanya saja, para atlet itu seharusnya sadar bahwa popularitas bukan tujuan utama dalam berkarier.

“Karena kadang kalau tidak bisa mengatasi (popularitas) dengan baik (fokus) bisa terpecah. Kalau karier tidak 100 persen, mungkin di lapangannya juga,” ucapnya.

Mantan pemain timnas itu berpesan bahwa apapun profesi seseorang, yang paling utama adalah fokus pada apa yang dikerjakan serta tidak lupa dengan profesi sebenarnya. Selain itu, mereka yang berdedikasi juga harus mampu menentukan mana yang perlu dan tidak perlu dilakukan.

“Dalam apapun profesi kita yang paling utama adalah fokus pada apa yang kita kerjakan. Jangan lupa profesi kita sebenarnya apa, saya berkarier lama 20 tahun karena saya fokus di sepak bola. Itulah kenapa banyak orang yang jarang melihat saya hadir dalam acara lain di luar sepak bola," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement