REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Olimpiade Internasional (IOC) dengan suara bulat menyetujui paket 15 reformasi yang diharapkan akan kembali mengubah olimpiade menjadi prospek yang menarik bagi para penggemar, kota penyelenggara, dan sponsor. IOC akan memberikan paket melalui pengurangan biaya, peningkatan peran digital, dan aliran pendapatan baru.
IOC telah melihat produk utamanya, olimpiade musim panas dan musim dingin, kehilangan sebagian dari gemerlapnya dalam beberapa tahun terakhir. Olimpiade gagal menyulut antusiasme di antara kota-kota tuan rumah potensial. Penyelenggara takut dengan ukuran dan besarnya biaya untuk menggelar pesta olahraga sejagat itu.
"Krisis virus corona telah mengubah dunia kita secara fundamental," ujar Presiden IOC Thomas Bach pada sesi pertemuan organisasi, Jumat (12/3). "Dunia tidak akan pernah lagi seperti sebelumnya. Bahkan setelah kita akhirnya mengatasi krisis kesehatan, kita akan menghadapi konsekuensi sosial, keuangan, ekonomi, dan politik yang jauh
Paket reformasi sebelumnya, 'Agenda 2020', disahkan pada 2014 tetapi tidak menghentikan eksodus kota-kota di tengah proses pencalonan untuk Olimpiade 2018, 2020, dan 2022. Penundaan Olimpiade Tokyo 2020, yang pertama ditunda di luar periode perang dunia, selama 12 bulan semakin memengaruhi citra olimpiade dan keuangan IOC.
Reformasi terbaru didasarkan pada lima pilar yang meliputi digitalisasi, pengembangan keberlanjutan, dan ketahanan finansial, dan menurut IOC, dirancang untuk menempatkan organisasi dan olimpiade secara lebih baik di lingkungan global setelah pandemi virus corona.
Di antara reformasi yang disetujui pada hari terakhir sesi virtual IOC Jumat adalah penyempurnaan rencana lama untuk olimpiade yang akan memberikan dampak positif lebih besar bagi masyarakat setempat dan juga mempertimbangkan penambahan olahraga virtual fisik, seperti sepeda statis, di acara Olimpiade.
IOC telah menghadiahkan olimpiade musim panas 2024 ke Paris dan Olimpiade 2028 ke Los Angeles setelah mereformasi proses penawaran pada 2014.