Ahad 14 Mar 2021 17:05 WIB

Olimpiade Tokyo Diharapkan Jadi Simbol Solidaritas

nilai dari penyelenggaraan Olimpiade Tokyo berubah secara signifikan sejak Covid-19

 Orang-orang yang memakai masker wajah untuk melindungi dari penyebaran virus corona berjalan di tepi pantai Odaiba saat lingkaran Olimpiade terlihat di latar belakang di Tokyo, Selasa, Januari. 26, 2021.
Foto: AP/Koji Sasahara
Orang-orang yang memakai masker wajah untuk melindungi dari penyebaran virus corona berjalan di tepi pantai Odaiba saat lingkaran Olimpiade terlihat di latar belakang di Tokyo, Selasa, Januari. 26, 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — CEO dari panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo percaya Olimpiade Musim Panas tahun ini dapat menjadi simbol solidaritas yang akan membantu mengurangi jarak emosional antara orang-orang yang telah berjuang dengan kesepian dan kecemasan di "waktu yang gelap dan suram" yang disebabkan oleh virus corona.

CEO Tokyo 2020, Toshiro Muto, mengatakan, nilai dari penyelenggaraan Olimpiade Tokyo telah berubah secara signifikan sejak virus tersebut melanda dunia dan memaksa orang untuk mengisolasi diri atau mengubah gaya hidup mereka untuk meminimalkan risiko infeksi tanpa mengetahui kapan pandemi akan berakhir.

"Sebelum virus merebak, saya kira orang akan mengerti jika saya menjelaskan manfaat Olimpiade, tapi kita sekarang berada dalam krisis serius yang mungkin hanya terjadi sekali dalam beberapa abad," kata Muto, dikutip dari Kyodo News, Ahad (14/3).

"Jika kita berbicara tentang Olimpiade selama ini, saya mengakui bahwa diskusi harus diadakan pada tingkat yang sama sekali berbeda."

Olimpiade selama bertahun-tahun telah mempromosikan perdamaian dan kesejahteraan invididu. Dia menyarankan agar Olimpiade Tokyo yang sukses dapat menjadi inspirasi selama periode yang menantang ini dan berkontribusi untuk menyatukan orang secara mental, jika tidak secara fisik.

"Jika kami ingin menciptakan solidaritas dan bukan divisi, itu bisa dilakukan melalui Olimpiade. Semua orang tahu bahwa olahraga memiliki kekuatan untuk mengubah dunia," kata pria berusia 77 tahun itu.

"Itu tergantung upaya yang dilakukan oleh orang Jepang untuk memanfaatkan kesempatan sebaik-baiknya."

Tetapi Muto, yang merupakan mantan wakil gubernur Bank of Japan, juga menyadari betul akan skeptisisme publik atas Olimpiade dan Paralimpiade. Dia mengatakan krisis kesehatan global telah menyulitkan banyak orang untuk memberikan dukungan mereka.

"Saya mengerti, tidak mungkin semua orang secara seragam mengatakan bahwa pertandingan itu harus diadakan. Aneh jika (semua orang) berkomentar sembarangan," kata Muto.

sumber : antara/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement