REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Atlet Jepang yang dapat ambil bagian dalam upacara pembukaan dan penutupan Olimpiade Tokyo akan dibatasi. Atlet yang boleh hadir hanya mereka yang memenuhi syarat untuk tinggal di desa atlet, sebagai bagian dari antisipasi pandemi virus corona.
Dikutip dari Kyodo, Kamis (1/7), hanya sejumlah atlet Jepang yang diizinkan untuk berpartisipasi dalam upacara pembukaan pada 23 Juli dan upacara penutupan pada 8 Agustus. Komite Olimpiade Jepang (JOC) telah memberi tahu federasi olahraga nasional tentang kebijakan tersebut.
Sementara, kekhawatiran tetap ada di antara para ahli medis dan warga mengenai kemungkinan Olimpiade Tokyo dapat diadakan tanpa membahayakan kesehatan masyarakat. Belum diketahui jika negara lain akan mengikuti kebijakan tersebut atau tidak.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan badan penyelenggara telah membahas soal pengurangan jumlah atlet dalam upacara pembukaan maupun penutupan. Hal ini dikarenakan sulitnya menjaga jarak fisik ketika mereka berparade di National Stadium Tokyo.
Untuk desa atlet, yang berada di distrik tepi laut Harumi Tokyo, penyelenggara telah memutuskan peserta hanya akan diizinkan untuk check-in lima hari sebelum pertandingan mereka dan harus meninggalkan tempat tersebut dalam waktu dua hari setelah pertandingan mereka selesai. Oleh karena itu, atlet Jepang yang akan bertanding dalam cabang olahraga yang dijadwalkan pada Olimpiade nanti, termasuk atletik dan gulat, diperkirakan akan melewatkan upacara pembukaan, sementara atlet renang dan judo tidak dapat menghadiri upacara penutupan.
Meski demikian, kapten dan pembawa bendera delegasi Jepang, yang diperkirakan terdiri dari sekitar 580 atlet, akan dibebaskan dari kebijakan tersebut. JOC yang dipimpin oleh mantan atlet judo Yasuhiro Yamashita mengatakan kepada federasi olahraga bahwa atlet dalam delegasi tidak akan diizinkan untuk mengambil foto dengan ponsel pintar atau kamera mereka ketika mereka berbaris di stadion.