Selasa 13 Jul 2021 06:41 WIB

Pebasket Indonesia Luncurkan Gerakan Satu Bola Satu Suara

Gerakan para pemain basket dipicu keprihatinan kasus Dimaz Muharri dengan CLS Knights

Logo Satu Bola Satu Suara
Foto:

Pihak CLS menuding Dimaz melanggar surat yang sudah ditandatangani pebasket asal Binjai, Sumatra Utara ini. Surat tersebut berisi pernyataan Dimaz harus membayar sejumlah uang jika ingin kembali bermain basket. 

Di sisi lain, Dimaz menganggap surat yang ditandatanganinya itu sudah tidak berlaku lagi. Sebab, Dimaz sudah hampir lima tahun meninggalkan CLS. 

Dalam pengakuan Dimaz, surat yang ia tanda tangani pada 2015 itu semata demi mendapatkan surat keluar dari CLS, bahwa kedua belah pihak sudah sama-sama sepakat menghentikan kontrak sebelumnya yang berdurasi sampai 2017. Karena menjadi pihak yang meminta pemutusan kontrak di tengah jalan, Dimaz mengaku sudah melaksanakan semua kewajibannya dalam butir kerja sama tersebut. Termasuk mengembalikan sejumlah uang kepada CLS.

Hanya, pihak CLS masih menyodorkan surat pernyataan lagi. Saat mau menandatangani surat pernyataan tambahan tersebut, kata Dimaz, pengurus CLS yang mendampinginya menyebutkan surat tersebut hanya untuk mencegah Dimaz bermain sampai 2017. Sebab ada kekhawatiran dari pihak klub Dimaz sengaja mundur karena ingin bermain di klub lain yang menawarkan gaji lebih tinggi.

Dimaz tidak pikir panjang untuk menandatangani surat tersebut. Sebab saat itu ia memang sudah mantap berhenti bermain basket profesional. Dalam surat terbukanya yang dikirimkan ke awak media akhir pekan lalu, Dimaz menyatakan saat itu hanya fokus pada keluarganya. Bisa lebih sering mendampingi istrinya yang pernah dua kali keguguran merupakan salah alasan Dimaz memilih berhenti dari CLS dan menerima pekerjaan lain. Dimaz akhirnya memiliki anak laki-laki yang lahir pada 17 Mei dalam kondisi prematur, tapi sekarang sudah bertumbuh menjadi anak yang sehat.

Ia menegaskan, sama sekali tidak membayangkan, apalagi merencanakan kembali bermain basket profesional. Namun tiba-tiba datang tawaran dari Louvre pada pengujung 2019. Karena menilai istrinya sudah bisa ditinggal, Dimaz menyambut tawaran dari Louvre. 

Dimaz baru menyadari dalam kesulitan setelah pihak CLS menghubunginya, memintanya membayar sejumlah uang sebesar hampir Rp 400 juta. Sebab dalam surat yang ditandatangani Dimaz tersebut, tidak dituliskan batas waktu kapan perjanjian itu mengikat, alias seumur hidup. Padahal lazimnya aturan di bola basket nasional, pemain yang sudah dua tahun mundur dari klub otomatis berstatus agen bebas dan bisa bermain lagi tanpa ada biaya transfer apa pun. Perselisihan inilah yang berujung gugatan perdata CLS kepada Dimaz yang sudah berjalan di Pengadilan Negeri Surabaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement