REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Keputusan pesenam Amerikat Serikat, Simone Biles, untuk mundur di babak final beregu putri dan final tunggal putri all around senam artistik menjadi salah satu sorotan di gelaran Olimpiade Tokyo 2020. Biles memilih untuk mundur karena merasa kondisi mental dan fisiknya berada di titik terendah. Pesenam berusia 24 tahun itu pun merasa memerlukan waktu untuk memulihkan kesehatan mental dan fisiknya.
Keputusan Biles ini tidak terlepas dari catatan buruknya di rotasi pertama final beregu putri all around senam artistik, yang digelar di Ariake Gymnastic Center, Selasa (27/7) waktu setempat. Pada saat itu, Biles, yang digadang-gadang sebagai salah pesenam terbaik saat ini, mencatatkan skor 13.776. Ini merupakan skor terendah Biles di sepanjang kariernya di pentas Olimpiade.
Selain memutuskan mundur dari tim putri Amerika Serikat di final beregu putri, Biles juga memilih mundur dari nomor tunggal putri. Tak ayal, keputusan ini menjadi bahan pembicaraan olahraga dunia dalam beberapa hari terakhir.
Keputusan Biles ini memunculkan kembali kisah masa lalu yang bertolak belakang dalam tim Amerika Serikat. Dalam gelaran Olimpiade Atlanta 1996, Kerri Strug sempat mengalami cedera engkel kala berlaga di partai final beregu putri. Hanya, ia memilih untuk terus melanjutkan lomba.
Saat itu, Strug menjadi pesenam terakhir dari tim Amerika Serikat yang harus melakukan lompatan dalam rotasi terakhir. Namun, Strug salah mendarat dan mengalami cedera engkel di kaki kirinya. Padahal, Strug masih harus melakukan satu lompatan lagi. Alih-alih mundur, Strug, yang saat itu baru berusia 19 tahun, akhirnya memilih untuk melakukan lompatan terakhirnya.
Seperti dilansir Marca, sebelum melakukan lompatan tersebut, Strug sempat bertanya kepada pelatihnya, Bela Karolyi,"Apakah kita membutuhkan ini?"
Koralyi pun menjawab, "Kerri, kami ingin kamu melakukannya sekali lagi. Kamu harus melakukannya sekali lagi untuk bisa meraih emas. Kamu bisa melakukannya."
Sejarah pun mencatat, Strug melakukan lompatan terakhirnya itu dengan sempurna. Setelah memberi hormat kepada juri, pesenam asal Arizona itu kemudian berjalan dengan terpincang-pincang dan disambut oleh rekan-rekan setimnya. Tim putri Amerika Serikat akhirnya menggondol emas setelah menaklukan tim putri Rusia dalam partai final yang digelar pada 23 Juli, 25 tahun silam.
"Meski akibat cedera yang dialaminya bisa membuat dia mengakhiri kariernya, Strug menjadi pahlawan buat negaranya pada saat itu. Keteguhan, kegigihan, dan kekuatan mental Strug dalam menghadapi cedera menjadi salah satu momen paling ikonik di Olimpiade Atlanta 1996," lanjut laporan Marca tersebut.