Ahad 28 Nov 2021 23:31 WIB

Main Habis-habisan Dulu, Kalah Menang Belakangan

Timnas basket putra Indonesia akan menghadapi game kedua melawan Lebanon.

Para pemain timnas basket putra Indonesia saat melawan Lebanon di FIBA World Cup 2023 Qualifiers.
Foto:

Sulit tanpa Lester

Dalam pandangan saya, letak permasalahannya ada pada absennya Arki dan terutama Lester. Bayangkan jika Anda pelatih dan sudah menyiapkan game plan jauh-jauh hari dengan skuad yang dimiliki. Namun beberapa hari jelang pertandingan, kapten tim Anda tak bisa bermain. Ditambah satu pemain penting Anda menyusul dinyatakan tak bisa turun beberapa jam sebelum tip-off. Padahal sosoknya sangat diperlukan. Meskipun kehadirannya bukan garansi kemenangan, setidaknya dengan kehadiran Lester, timnas basket kita jadi makin bergigi.

Tanpa pemain berpostur 2,09 meter kelahiran Republik Dominika ini, kita tak leluasa menyerang ring Lebanon dari paint area. Hanya Brandon Jawato dan sesekali Abraham Damar Grahita yang berusaha keras menerobos. Jawato beberapa kali menghasilkan poin, sementara Abraham kesulitan. Para pemain lain juga berusaha, tapi sulit merangsek masuk.

Ring Lebanon berubah gelap dengan banyaknya postur jangkung yang siap menepis bola yang coba dilayangkan ke basket mereka. Abraham akhirnya mendapatkan poin lewat tiga kali tembakan tiga angka dari 11 percobaan, dan sekali tembakan dua angka dari sembilan usaha!

Lester mungkin juga tak mudah mencetak angka saat menghadapi lawan sekelas Ater Majok, center Lebanon yang pernah didraft Los Angeles Lakers walaupun tak bermain. Namun saat itu terjadi, ada ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan rekan-rekannya untuk menerobos lebih dekat ke ring untuk mencetak poin. Beban para pemain kita tak akan seberat saat tanpa Lester.  Minus Lester, serangan lebih banyak bertumpu kepada tusukan Jawato atau via tembakan jarak jauh.

Di defense, Lester bakal lebih mampu meladeni pemain-pemain tinggi Lebanon. Sebab, defense tanpa Lester jadi masalah besar pada game ini. Coach Toro memilih fokus membendung paint area dengan menumpuk banyak pemain di dalam mendampingi Vincent Rivaldo Kosasih. Sementara para guard diminta agresif menutup atau memotong bola sebelum makin mendekati ring. Lebanon dipaksa menembak dari jauh.

Strategi ini menurut saya cukup baik di kuarter pertama. Lebanon kesulitan mencetak poin saat dipaksa menembak dari jauh. Beberapa kali bola mereka hilang dicuri saat mencoba mendribel masuk.

Kita juga punya sejumlah kesempatan transisi atau menembak dalam keadaan terbuka. Apes, percobaan demi percobaan yang dilepaskan, baik dalam kondisi terbuka maupun dalam keadaan dijaga, tak menghasilkan angka. Sementara lawan kemudian perlahan menemukan sentuhannya lewat tembakan jarak jauh.

Situasi makin pelik saat beberapa pemain kunci sudah melakukan beberapa foul demi menghentikan serangan Lebanon. Rotasi dilakukan, termasuk mendudukkan Jawato yang jadi leader di defense dan offense. Bisa ditebak yang terjadi, timnas basket putra kita jadi bulan-bulanan.

Lantas, mengapa saya teringat pada obrolan sang pelatih belasan tahun lalu? Jelas saja, karena di mata saya aksi para pemain timnas basket kita menghadapi Lebanon bisa jadi contoh paling mendekati dari penerapan filosofi ‘main habis-habisan dulu, kalah menang belakangan’. Attitude timnas basket kita sudah bagus meskipun akhirnya kalah telak.

Para pemain kita yang di atas kertas kalah segalanya, bertarung habis-habisan memaksimalkan kemampuan yang mereka punya. Perjuangan keras mereka terutama bisa terlihat di kuarter pertama saat hanya tertinggal 17-10. Para pemain kita terlihat lebih hustle. Saya percaya itu pasti buah gemblengan hampir sebulan di Negeri Paman Sam.

Jalan cerita pertandingan bisa jadi sedikit berbeda andai tembakan-tembakan para penggawa Merah-Putih di lapangan Nouhad Nawfal Sport Complex tersebut sebagian menemui sasaran.

Andakara Prastawa dkk memilih berlari, jatuh bangun merebut bola, ketimbang bermain seadanya menunggu buzzer tanda laga berakhir berbunyi. Kemudian beristirahat dengan nyaman di hotel menanti game kedua dan kembali melepas rindu dengan keluarga setelah sebulan berpisah. Toh, di atas kertas Lebanon diunggulkan menang, bahkan andai kita bisa diperluat Lester. Namun mereka tak memilih itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement