REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Anggoro Pramudya
Dalam spirit yang kurang lebih hampir mirip dengan musim kemarin, narasi AC Milan untuk melangkah sejauh mungkin di kompetisi Serie A Italia pun panggung Eropa nyatanya membutuhkan ikhtiar yang lebih mendalam.
Rossoneri mau tidak mau perlu menguatkan kapasitas pemain mereka di dalam tim Stefano Pioli. Mengacu pada peningkatkan kualitas dan kedalaman skuat.
Tentu kekalahan atas Liverpool pada matchday keenam Liga Champions 2021/2022 bukan lah hasil yang diinginkan Milan, tetapi itu adalah konsekuensi yang pantas didapat dari penampilan mereka.
Dalam satu dasawarsa kesebelasan dari Negeri Pasta selalu kalah bersaing untuk mendapatkan titel Si Kuping Lebar. Milan pun hadir layaknya kertas putih yang siap menjadi bulan-bulanan pesaing lain.
Grup B akan selalu menjadi grup yang sulit bagi Milan mengingat kualitas tim di atas kertas pun pengalaman mereka yang dalam beberapa tahun terakhir kerap keluar-masuk kompetisi Liga Champions.
Liverpool jelas menjadi favorit untuk memuncaki grup, namun sebagian besar tidak memprediksi mudahnya the Reds memuncaki klasemen, memenangkan semua enam pertandingan dengan cukup nyaman, menjadi tim Inggris pertama yang melakukannya.
Sebenarnya, tidak ada satupun dari tiga tim Atletico Madrid, FC Porto dan AC Milan yang benar-benar layak untuk menemani Liverpool lolos ke babak 16 besar, begitu buruknya mereka sepanjang fase grup.
Bagi Milan, memasuki matchday terakhir mereka harus mengalahkan Liverpool dan berharap Atletico dan Porto bermain imbang tanpa gol, hal yang dinilai tak realistis.
Akan tetapi patut dicatat, meski harus menelan pil pahit karena mengakhiri fase grup sebagai juru kunci. Kegagalan Milan yang patut dipelajari adalah kekalahan 2-3 atas Atletico di Stadion Wanda Metropolitano, pun laga back-to-back versus Porto.
Terlebih lagi, absen dari kompetisi ini selama lebih dari tujuh tahun, plua langsung tergabung di grup neraka jelas mengkhawatirkan pemain muda i Diavolo ROsso. Selain, Ibrahimovic, Giroud, dan Simon Kjaer tidak banyak dari pasukan Pioli memiliki pengalaman di kompetisi elite antar klub Benua Biru.
Ini adalah pengalaman yang menyiksa bagi banyak orang di dalam skuat Milan, seperti yang dikatakan Pioli dan Juergen Klopp setelah pertandingan, musim ini harus menjadi kurva pembelajaran bagi pemain seperti Theo Hernandez, Rafael Leao, Sandro Tonali, Alexis Saelmaekers, serta Fikayo Tomori.
Pioli dalam pernyataanya mengakui Milan tampil buruk saat melawan Liverpool. Ia menilai tim terlalu sering memainkan bola ke belakang daripada ke depan.
"Pengalaman ini penting untuk semuanya, kami belajar dari kekalahan dan berharap untuk bisa terus berkembang menjadi lebih baik," kata Pioli menjelaskan.
Dari perspektif Milan, apa yang paling mengecewakan adalah kurangnya urgensi, atau tampaknya ada rencana taktis, melawan Liverpool. Pioli sering mengatakan bahwa tim Milannya dibangun untuk memanfaatkan momen, bermain dengan kecepatan penuh. Menurut pengakuannya sendiri, mereka tidak dibangun untuk mengelola gim.
Hal itu terlihat pada laga kandang melawan Atletico Madrid. Mengelola pertandingan seperti bentrokan melawan Salernitana dan Empoli di Serie A adalah hal yang berbeda, perbedaan kualitas sangat terasa.
Praktis saat ini harapan ke depan adalah para pemain muda dapat belajar dari pengalaman pertama mereka di tingkat elit untuk bisa menjadi lebih baik. Meski patut digaris bawahi, tim membutuhkan satu atau dua sosok bintang demi mendongkrak mentalitas rekan setim saat berlaga di ajang Eropa.
Petualangan Milan di Liga Champions musim ini membuat mereka mendapat dana sekitar 45 juta euro. Alhasil, Milan diprediksi akan melakukan investasi pada jendela transfer musim dingin dan panas 2022.
Pelatih Liverpool, Juergen Klopp pun mengaku sangat antusias dengan proyek yang tengah dilakukan Milan untuk kembali menjadi penguasa sepak bola Eropa dan dunia. Secara terbuka ia bahkan menyukai rencana besar i Rossoneri.
"Bagus sekali memadukan pemain muda dan berpengalaman. Pada saat ini mereka mengalami banyak masalah cedera dan hal ini jelas disayangkan, tetapi apa yang bisa mereka lakukan dalam beberapa tahun ke depan sangat menarik.
Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk. Frasa yang familiar milik salah satu tokoh revolusioner Indonesia, Tan Malaka sepertinya cocok diserap oleh tim pemilik tujuh gelar Liga Champions, Milan.
Pemilik nama asli Sutan Ibrahim ini dapat mengingatkan para pemain muda Milan untuk tidak menyerah dalam perjalanan mencapai tujuan.