"Sudah berapa lama? Katakanlah seperti ini. Ketika dia berusia sembilan atau 10 tahun, langkah selanjutnya adalah kategori junior. Kami pergi di musim dingin, dari November dan seterusnya, setiap akhir pekan ke Italia sepulang sekolah,” jelas Jos dikutip dari BBC.
Ia mengatakan Italia tempat yang tepat untuk Max belajar karena semua level kompetisi ada di sana dan semua pabrik pun ada. Jos ingin anaknya mempelajari semua trek. Max diharapkan bisa belajar tentang kecepatan, mesin, sasis dan lainnya.
“Jadi saya mempersiapkan diri dengan sangat baik dan dia menyukainya. Kami berdua di van pergi ke sana. Dia tidur sepanjang waktu. Anda melihat banyak hal terjadi di trek dan dalam cara Anda berbicara tentang situasi untuk memberitahunya bagaimana caranya seharusnya, benar-benar mendidik tentang cara balapan,” Jos menambahkan.
Jos mengungkapkan bagaimana perjuangan anaknya untuk menjadi pembalap. Menurutnya Max bisa tiga kali dalam sepekan berada di sirkuit bahkan ketika hujan anaknya tetap berada di trek. Saat kedinginan, Max menghangatkan badannya di van untuk kembali membalap.
"Dia melihat betapa banyak usaha yang saya lakukan dan dia tidak melihat sesuatu yang berbeda dan begitulah dia. Dia sangat bertekad dan termotivasi,” ujar Jos.
Jos juga menyoroti semangat juang Max ketika berjuang mengakhiri dominasi Hamilton di Abu Dhabi. Jos mengeklaim anaknya pantas mendapatkan gelar juara.
"Dia terus berjuang. Dia akan selalu bertarung. Itu ada dalam DNA-nya, saya kira... dia berkata kepada saya 'setiap putaran saya habis-habisan' dan dia mengemudi dengan maksimal. Dan kemudian dia punya satu kesempatan, satu putaran dan itu yang dia ambil,” ujarnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
