REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kabar tentang keputusan Roman Abramovich untuk melepas klub raksasa Inggris Chelsea mendapat berbagai respon dari pecinta sepak bola. Fan the Blues jelas sangat sedih harus ditinggal oleh sang pemilik yang telah membesarkan nama tim London tersebut.
Sebagaimana diketahui Abramovich membeli Chelsea dengan mahar 140 juta poundsterling pada 2003 lalu atau setara dengan Rp2,6 triliun.
Namun kini taipan asal Rusia itu akan melepaskan Chelsea dengan bayaran minimal 4 miliar poundsterling atau setara dengan Rp 76 triliun bagi siapa pun yang menginginkan klub yang bermarkas di Stamford Bridge.
Beberapa penggemar merasa sedih dengan keputusan Abramovich. Meski, salah satu eks pemain Crystal Palace Simon Jordan senang melihat aksi pun keputusan Abramovich untuk angkat koper dari the Blues.
Simon Jordan berbicara kepada Talksport tentang dampak langsung pengusaha asal Rusia itu terhadap sepak bola Inggris dan bagaimana dia membuat Liga Primer Inggris berorientasi kepada uang.
"Dengan hormat, dengan pengecualian Chelsea, Roman Abramovich adalah salah satunya. dari hal-hal terburuk yang bisa terjadi pada sepak bola Inggris," kata pria berusia 53 tahun dilansir Mirror, Selasa (8/3).
Lebih lanjut, Simon Jordan mengeklaim apa yang telah dilakukan Abramovich bersama Chelsea telah menciptakan hiperinflasi.
"Apa yang Anda lakukan adalah mengubah lanskap dengan membuat sepak bola sangat tidak layak secara finansial karena alasan Anda sendiri. Orang-orang melihat, membeli klub sepak bola seperti Man City, seperti Newcastle, seperti Chelsea, dan melihat kepemilikannya," sambung Simon Jordan.
Di bawah kendali Abramovich, Chelsea berhasil memenangkan seluruh trofi yang bisa mereka dapatkan di semua ajang. Dengan pertimbangan itu, maka Abramovich tidak ingin melepaskan klub dengan harga rendah.
Sementara Simon Jordan menambahkan pandangannya bahwa para taipan baru yang ingin memiliki klub sepak bola tidak benar-benar mencintai olahraga kulit bundar dan hanya ingin mendapatkan polis asuransi dari kecenderungan politik mereka.
"Apa yang kita punya sekarang? Generasi pemain yang tidak memiliki karakter, tidak memiliki tulang punggung, tidak memiliki substansi, dibayar terlalu banyak uang, amoralitas sepak bola muncul untuk dipertanyakan dan saya pikir ini adalah sebuah tragedi."