REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Firza Faturahman Listianto, atlet cabor (cabang olahraga) atletik asal Surabaya, Jawa Timur berhasil meraih medali emas di nomor 100 meter putra kelas T46. Sudah sejak sekolah dasar (SD), Firza sering mengikuti kejuaraan atletik lari di tingkat kecamatan. Namun, lawannya bukan para penyandang disabilitas, melainkan orang normal pada umumnya.
Firza bahkan tidak sempat berpikir hari ini dapat membawa pulang medali emas dan mengharumkan nama Indonesia. Alasan pertama ia berlari karena ia tidak mau dipondokkan oleh ibunya.
"Kelas satu SMP saya nakal, main terus orang tua capek, jadi ibu bilang 'kamu mondok (pesantren) aja atau latihan'. Saya kan gak mau mondok, jadi latihan saja terus ikut event-event gitu," katanya usai pertandingan di stadion Manahan Solo, Surakarta, Jawa Tengah pada Senin (1/8/2022).
Hal tersebut berawal dari pertemuannya dengan seseorang dari National paralympic Committee, Irul, sehabis lomba lari di tingkat SMP. Ia pun diajak berlatih di GOR yang disediakan NPC.
"Dulu saya ikut lomba lari, di antar kecamatan normal (non disabilitas) tapi itu terus ditemuin sama pak Irul dan diajak latihan di NPC. Saya kaget, kok semuanya disabilitas," katanya.
Berlalunya waktu, di usia ke-18, Firza mempunyai tekad lain. Ia ingin membelikan orang tuanya sebuah rumah di Surabaya. Ibu dari Firza sendiri bekerja sebagai sales sedangkan bapaknya operator kapal dan ia punya adik seorang perempuan.
"Motivasinya sih pengen beliin orang tua rumah. Kasihan orang tua karena gak ada rumah harus membayar uang kontrakan tiap tahunnya. Jadi saya inisiatif untuk itu," kata dia.
Firza mengungkapkan, baru latihan selama dua bulan dan lawan beratnya adalah juara lari 100 meter di nomor itu di ASEAN Para Game 2017. Dengan motivasi tersebut ia berhasil membawa pulang medali emas.
"Dari NPC sendiri menargetkan saya untuk dapat medali perak atau perunggu. Soalnya lawan ada juara tahun 2017 di Malaysia lalu, dan saya juga baru gabung pelatnas dua bulan. Tapi, Alhamdulillah saya senang bisa dapat emas," katanya.
Firza mengatakan, ia memiliki trik sendiri untuk mengembangkan kemampuannya. Ia selalu belajar dari para seniornya di kelas lari yang sudah berlaga di Paralimpiade.
"Karena kan sudah ada senior di kelas beberapa kelas, seperti Sapto Yogo itu saya latihan ikut terus supaya ikut tertarik juga," katanya.