REPUBLIKA.CO.ID, SHEFFIELD -– Kelompok penyintas tragedi Hillsborough di Inggris mengirimkan pesan dukungan kepada para korban tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam. Kelompok di Hillsborough Survivors Support Alliance mengirim pesan dukungan kepada keluarga korban pada Ahad (2/10/2022) pagi waktu setempat.
Hillsborough Survivors Support Alliance mencicit bahwa "tidak ada yang harus pergi ke pertandingan dan tidak pulang". Mereka kemudian mengucapkan belasungkawa atas tragedi ini.
"Pikiran kami bersama masyarakat di Indonesia dan semua yang terkena dampak peristiwa di Stadion Kanjuruhan. Memikirkan para penyintas dan keluarga mereka yang meninggal. RIP (rest in peace). Tidak ada yang harus pergi ke pertandingan dan tidak pulang ke rumah,"tulis kelompok itu dilansir dari Liverpool Echo.
Tragedi di Stadion Hillsborough terjadi pada tahun 1989 yang mengakibatkan kematian 97 penggemar Liverpool yang menghadiri semifinal Piala FA klub.
Baik Liverpool FC maupun Everton FC juga telah mengirimkan pesan dukungan kepada mereka yang terkena dampak tragedi Stadion Kanjuruhan.
"Kami sangat sedih mendengar peristiwa di Stadion Kanjuruhan, Malang, Indonesia. Pikiran semua orang di Liverpool Football Club dengan semua yang terkena dampak saat ini,"tulis Liverpool di Twitter.
Klub sepak bola Everton juga menyampaikan belasungkawa. "Klub Sepak Bola Everton sangat berduka atas tragedi di Malang, Indonesia. Pikiran kami bersama para korban, keluarga mereka, dan semua orang yang terkena dampak,"tulis Everton.
Sedikitnya 174 orang meninggal dalam tragedi di sebuah stadion sepak bola di Indonesia yang menjadi salah satu bencana stadion terburuk di dunia. Sekitar 180 orang juga terluka pasca kekalahan tim tuan rumah Arema FC dari rival sekota Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan yang penuh sesak. Kerusuhan itu terjadi setelah polisi menembakkan gas air mata kepada suporter yang menyerbu lapangan.
Ribuan orang berdesakan menuju pintu keluar stadion saat kepanikan menyebar, di mana banyak yang meninggal karena lemas. FIFA, badan sepak bola dunia, menyatakan tidak ada "gas pengendali massa" yang boleh digunakan oleh petugas atau polisi dalam pertandingan. Asosiasi sepak bola Indonesia (PSSI) mengatakan telah meluncurkan penyelidikan, menambahkan insiden itu telah "mencoreng wajah sepak bola Indonesia".