REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kongres Tahunan PSSI disalah satu hotel berbintang di kawasan Tanah Lot, Tabanan, Bali dengan agenda resmi evaluasi kinerja tahun 2010 dan menyusun rencana kerja tahun 2011 berakhir Sabtu (22/1).
Ada beberapa poin penting yang layak dikatakan fenomenal karena hal itu membuat klub-klub yang selama ini mengancam akan keluar dari kompetisi resmi PSSI ke kompetisi lain tetap bertahan.
Adalah pengembalian saham PT Liga Indonesia yang selama ini dikuasi oleh PSSI ke masing-masing klub yang berlaga di Indonesia Super League (ISL). Jelas kondisi ini membuat klub gembira, karena selama ini sering kekurangan anggaran.
Besarnya saham yang akan dikembalikan ke klub dan telah diputuskan pada kongres sangatlah besar yaitu 99 persen dan satu persennya tetap dipegang oleh asosiasi sepak bola Indonesia itu. "99 persen saham akan dikembalikan ke klub. Ini adalah salah satu perkembangan kompetisi profesional di Indonesia," kata Nurdin Halid saat pembukaan Kongres Tahunan PSSI di Bali, Jumat malam (21/1).
Dengan dikembalikannya saham ke klub, bisa dipastikan akan membuat kondisi klub yang selama ini sering terkendala dana terutama ditengah-tengah kompetisi bisa tertutupi.
Nurdin berjanji pada tahun ini pengembalian saham ke masing-masing klub akan tuntas dan program ini diakuinya telah sesuai dengan Visi dan Misi PSSI 2020.
Meski Nurdin yang akan berakhir jabatannya pada bulan April nanti optimistis bisa merealisasi programnya, namun demikian pihaknya belum menjelaskan dengan detail kapan dan sistem pengembaliannya. "Pokoknya tahun 2011 ini sudah terealiasasi," kata Nurdin dengan tegas.
PSSI dibawah kepemimpinan pria yang berasal dari Sulawesi Selatan itu juga berjanji akan lebih transparan dalam pengelolaan keuangan. Selain itu juga akan bekerja sama dengan pihak luar demi peningkatan sepak bola Indonesia.
Selain pembagian 99 persen saham PT Liga Indonesia, poin penting yang ditunggu-tunggu oleh peserta kongres terutama dari klub ISL dan Divisi Utama adalah pemberikan subsidi. Subsidi berupa uang selama ini belum pernah diberikan ke klub. Besarannya pun cukup besar yaitu Rp2 miliar untuk masing-masing klub ISL per tahun dan Rp300 juta untuk klub Divisi Utama.
Hal itu diungkapkan oleh salah satu peserta kongres yaitu Ketua Umum Persija Jakarta, Toni Tobias.Menurut dia, uang subdisi itu diluar dari konpensasi 99 persen saham yang akan diberikan ke masing-masing klub. "PSSI saat ini mulai terbuka dan terus melakukan beberapa gebrakan demi kemajuan sepak bola Indonesia termasuk pengembalian saham ke klub," katanya di sela kongres tahunan PSSI di Bali.
Menurut dia, janji dan yang diungkapkan oleh Ketua Umum PSSI memang sangat menarik, apalagi mulai tahun depan klub profesional dilarang menggunakan dana APBD. Dengan adanya pengembalian saham ketergantungan akan uang rakyat bisa ditekan.
Hanya saja pihaknya sedikit pesimis dengan janji-janji yang diberikan oleh Ketua Umum PSSI Nurdin Halid karena hingga saat ini belum dipastikan kapan subsidi dan pengembalian saham dilakukan. "Mudah-mudahan yang diungkapkan oleh ketua umum PSSI benar. Jika terealiasai secepatnya akan berdampak bagus pula pada perkembangan klub," katanya menambahkan.
Opsi memberikan saham PT Liga Indonesia dan pemberian subsidi ke klub dinilai muncul setelah ada pihak lain dalam hal ini Liga Primer Indonesia (LPI) menggelar kompetisi tandingan. LPI yang diprakarsai oleh pengusaha nasional Arifin Panigoro itu mengklaim merupakan liga profesional dan terbebas dari APBD, tidak seperti klub-klub yang ikut kompetisi dibawah naungan PSSI.
Dampaknya sebelum kongres dimulai ada tiga klub ISL yang menyeberang ke LPI yaitu Persema Malang, Persibo Bojonegoro dan PSM Makassar. Bahkan tim ini telah mendapatkan sanksi berupa pemecatan dari anggota PSSI (Persema dan Persibo red) dan turun kasta ke Divisi I untuk PSM Makassar.
Masih dikaji
Janji yang diungkap oleh Ketua Umum PSSI Nurdin Halid terkait dengan pengembalian 99 persen saham ternyata belum didukung dengan mekanisme pengembalian yang jelas. PSSI belum menjelaskan dengan rinci berapa besaran saham yang akan diterima oleh masing-masing klub yang turun di kompetisi ISL.
Padahal semua klub yang saat ini masih bertahan dikompetisi tertinggi di Indonesia itu sangat membutuhkan. "Mekanisme pengembalian masih di kaji, apakah berupa saham aktif atau berupa saham pasif. Kemungkinan besar kami akan mengambil opsi saham pasif," kata CEO PT Liga Indonesia,Joko Diyono.
Menurut dia, salah satu alasan mengambil opsi saham pasif dikarenakan klub-klub yang akan mendapatkan jatah tidak menyetor penyertaan modal seperti halnya perseroan terbatas pada umumnya. Hanya saja, khususnya besaran yang akan diberikan klub, nantinya akan sesuai dengan peringkat diakhir kompetisi.
Joko mencontohkan di Liga Inggris. Klub yang finis di posisi teratas pada klasemen akan mendapatkan "profit sharing" yang lebih besar yaitu dua puluh kali lipat dibandingkan dengan yang berada didasar klasemen. "Jika hanya dilihat dari konsep semuanya bisa dilakukan cepat. Tapi tidak semudah itu," kata pria asal Ngawi, Jawa Timur itu.