Jumat 04 Jan 2013 06:33 WIB

Presiden Mesir Diminta Lakukan Reformasi Sepak bola

Para pecinta sepak bola di Mesir harapkan perubahan di tangan Presiden Muhammad Mursi
Foto: AP
Para pecinta sepak bola di Mesir harapkan perubahan di tangan Presiden Muhammad Mursi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir telah memasuki dimensi pemerintahan yang baru di tangan Presiden Muhammad Mursi. Reformasi di tangan Mursi itu juga diharapkan bisa merembet ke dunia sepak bola setempat.

Rakyat Mesir menunggu sepak terjang Mursi mengawal persepakbolaan di negeri Cleopatra tersebut. Pasalnya, boleh dibilang selama ini sepak bola Mesir tidak jauh berbeda dengan Indonesia yang berantakan.

Asosia Sepak bola Mesir (EFA) dalam pernyataan terbarunya menyatakan kompetisi liga di negeri itu bakal dimulai pada 1 Februari mendatang. Satu tahun setelah liga dihentikan karena insiden yang menewaskan 73 pendukung sepak bola di Port Said pada tahun lalu.

Kompetisi tertanggal 1 Februari tersebut menurut EFA sudah disetujui oleh menteri olahraga setempat. Pasalnya, keberlangsungan liga juga diharapkan bisa menopang perekonomian di Mesir, terutama dunia olahraganya. Demikian laporan yang Republika kutip dari laman Hurriyet Daily News, Jumat (4/1).

Untuk mengantisipasi kekacauan diantara pendukung sepak bola di Mesir, EFA akan lebih mengetatkan penjagaan dan keamanan di sekitar stadoin klub yang bakal berlaga. Penjagaan ini terutama bagi fans sepak bola Mesir yang militan.

Sekadar mengulas Liga Mesir, setidaknya 73 orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi dalam Liga Primer Mesir saat tuan rumah Al-Masry menang 3-1 atas Al-Ahly, 1 Februari 2011.

Ribuan suporter Masry masuk ke dalam lapangan beberapa saat setelah laga usai. Sementara beberapa suporter tengah melakukan perayaan, yang lain menyerang suporter dan pemain juara Liga Mesir, Al-Ahly.

Polisi pun akhirnya mengirimkan helikopter untuk mengevakuasi para pemain yang menyelamatkan diri ke pojok stadion.

Seperti yang dilansir Goal, Bintang Al-Ahly, Mohamed Bakarat dan Emad Meteb, telah bersumpah bahwa klub mereka "tidak akan bermain sepakbola" lagi setelah kerusuhan itu.

Karena insiden tersebut, pelatih Al-Ahly, Joran Viera, pun mengundurkan diri dari jabatannya. Viera memutuskan pergi karena merasa Liga Mesir sangat amburadul dan keselamatan pemain dan pelatih kurang diindahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement