Kamis 31 Mar 2016 13:48 WIB

Duka Pekerja di Balik Pengerjaan Stadion Piala Dunia Qatar

Rep: Noer Qomariah/ Red: Citra Listya Rini
Gambar stadion sepakbola di Doha, Qatar
Foto: AP
Gambar stadion sepakbola di Doha, Qatar

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA  --  Dalam proposal untuk FIFA, Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 akan membangun sembilan stadion baru dan merenovasi tiga stadion lainnya di tujuh kota yang berlokasi di Qatar. Tujuh kota tersebut adalah Al Daayen, Al-Khor, Al-Rayyan, Al-Shamal, Al-Warkah, Doha, dan Umm Slal.

Stadion yang dibangun akan dilengkapi dengan teknologi untuk mengurangi radiasi matahari dan angin panas di siang hari. Di stadion juga akan pendingin ruangan untuk memberikan rasa nyaman.

Setelah Piala Dunia 2022 selesai, rencananya pihak Qatar akan membongkar bagian-bagian dari stadion dan mengirimkan kepingan tersebut ke negara-negara berkembang untuk membuat 22 stadion baru.

Dalam proses pengerjaan stadion Piala Dunia ini, salah satunya Khalifa International Stadium di Doha, pihak FIFA dan pemerintah Qatar dituduh melakukan penyalahgunaan sistem dan perlakuan mengerikan terhadap tenaga kerja asing yang bekerja membangun stadion tersebut.

Kontrator utama di Khalifa International Stadium merupakan gabungan dari perusahaan Six Construct, anak perusahaan dari perusahaan Belgia Besix, dan perusahaan konstruksi Midmac. Pun ada perusahaan yang dikontrak untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu, termasuk perusahaan Malaysia Eversendai.

Mengutip The Guardian, Kamis (31/3), suatu gerakan global yang memperjuangkan hak asasi manusia (HAM), Amnesty International telah mewawancarai 132 kontraktor yang bekerja untuk merenovasi Khalifa International Stadium dan 102 landscapers yang bekerja di kompleks olahraga Aspire Zone. Para pekerja tersebut melaporkan adanya pelanggaran HAM.

Jumlah buruh yang bekerja untuk membangun stadion meningkat dari 2.000 pekerja menjadi 4.000 pekerja pada tahun lalu. Sementara diperkirakan jumlah pekerja akan mencapai jumlah 36 ribu dalam dua tahun ke depan.

Untuk pertama kalinya, Amnesty International mengatakan adanya indentifikasi penganiayaan dan pelanggaran HAM saat pengerjaan stadion yang akan menyelenggarakan pertandingan Piala Dunia ini.

Mereka melakukan wawancara selama tiga sesi kunjungan selama setahun sejak Februari 2015. Para pekerja renovasi Khalifa International Stadium dipaksa tinggal di tempat yang kumuh, membayar mahal  biaya perekrutan, dan pemotongan gaji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement