REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Mantan pemain Persipura Jayapura era 1970-an Nico Dimo menuding ada "gap" atau jurang pemisah antara sesama pemain di tim yang berjuluk Mutiara Hitam itu, sehingga berdampak pada hasil pertandingan di Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016.
"Saya curiga di tubuh tim Persipura, antara sesama pemain itu ada sistem kubu-kubuan. Pemain tidak kompak dan solid lagi seperti dulu," kata Nico Dimo ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Papua, Rabu (3/8).
Nico menilai bahwa tim Persipura yang sering tampil pincang dalam sejumlah laga, bukan saja karena beberapa punggawanya cidera atau akumulasi kartu, tetapi kekompakan dan kerja sama antarpemain sudah tidak nampak.
"Kondisi tim Persipura saat ini sedang sakit. Indikasi terakhir, itu ketika Persipura dikalahkan tuan rumah Persepam Madura United dengan skor 0-2. Di situ saya lihat dalam tubuh tim Persipura di antara pemain ada blok atau kubu," katanya.
Hal ini, kata dia, secepat mungkin harus bisa dihilangkan oleh pelatih baru yang akan membesut klub kebanggaan warga Kota Jayapura dan Papua itu agar target prestasi yang ingin diraih bisa diwujudkan.
"Ketika pelatih baru masuk, sistem kubu-kubuan ini harus bisa segera dihilangkan. Saya duga ada blok atau kubu di dalam Persipura. Ada kubunya Boas TE Solossa, Ian Louis Kabes dan kubunya Ricardo Salampessy," katanya.
Pada laga melawan Persepam Madura United, Persipura dibungkam 2-0 dengan gol-gol yang spektakuler dan hal itu tidak sepantasnya terjadi jika ada komunikasi dan saling pengertian serta memahami posisi sesama pemain, tapi hal itu tidak terjadi.
"Kita bisa lihat itu ketika babak kedua, Boaz bermain terlalu ke belakang di sektor pertahanan atau menjadi libero, pertanyaannya ada apa? Sementara, pada babak pertama, ketika Ian Kabes dimainkan tidak ada kerja sama antara Boas dan Ian Kabes, di situ sudah bisa menilai bahwa ada kubu-kubuan atau blok dalam pemain Persipura, ini yang harus diselesaikan dulu," katanya.
Sementara terkait pemutusan hubungan kerja atau pergantian pelatih, Nico mengatakan itu merupakan konseukuensi dari seorang pelatih dan manajemen tim yang ingin meraih prestasi.
"Tapi, saya sampaikan terima kasih kepada Jafri Sastra yang telah melatih Persipura. Berikutnya, pelatih baru harus bisa memahami karakter pemain Persipura. Dan manajemen sudah harus ingat bahwa pemain yang ada kini rata-rata sudah umur 30-an, sudah perlu regenerasi tapi yang bagus dan terukur sehingga prestasi tidak jeblok," katanya.
Secara terpisah, juru bicara tim Persipura Jayapura Bento Madubun ketika dikonfirmasi soal adanya jurang pemisah di antara sesama pemain, membantah hal itu. "Itu gosip. Tidak ada kubu-kubuan, terkesan seperti anak kecil saja kalau lagi marah," katanya melalui pesan singkat.
Sedangkan isu akan direkrut kembali gelandang serang asal Liberia, Zah Rahan Krangar, adik dari legenda Persipura Jayapura almarhum Ritham Madubun itu menepis juga. "Itu tidak benar. Dia (Zah Rahan Krangar) masih terikat kontrak dengan klubnya," ujarnya.