Jumat 15 Sep 2017 23:24 WIB

Peretas Laman PSSI Gunakan Nama 'Mujahid Injector'

Siluet sejumlah orang di depan logo PSSI.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Siluet sejumlah orang di depan logo PSSI.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pakar keamanan siber, Pratama Persadha mengungkapkan, penyebab laman resmi PSSI terserang peretas, antara lain, server portal PSSI mengadopsi Windows 2008 dan web server "apache". Oleh karena itu, kata Pratama, server laman PSSI perlu diperbarui.

Selain itu, lanjut Pratama, tampak ada kelemahan, terutama adanya error yang masih belum di-handle sehingga muncul informasi tentang struktur directory. Hal ini bisa dieksploitasi oleh peretas, apalagi diketahui "directory access not filtered".

"Sekali lagi ini adalah contoh bagaimana fenomena 'hacktivist' (peretas yang menggunakan teknologi untuk mengumumkan pesan sosial, ideologi, agama, atau politik) terus berkembang di tengah masyarakat," kata Pratama yang pernah sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Pengamanan Sinyal Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg).

Untuk kasus PSSI ini, kata Pratama, peretas memberikan identitas sebagai pihak yang kecewa atas sanksi bagi Persib Bandung. Skuat ini diberi sanksi terkait dengan koreografi 'Save Rohongya' yang dilakukan para suporternya, Bobotoh. Penyerang sendiri menamakan dirinya Mujahid Injector.

"Para peretas ini bisa siapa pun karena kini para pemula juga bisa mendapatkan alat peretasnya dengan mudah di internet," kata Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikas (CISSReC) itu.

Di samping itu, lanjut dia, kurangnya kesadaran akan keamanan siber pada sistem laman PSSI turut juga memberikan peran besar. Ke depan sebagai pelajaran, lembaga pemerintah dan instansi lain harus lebih besar perhatian untuk mengamankan aset digital mereka.

Ia menyarankan agar pengelola web secara berkala melakukan patching (menambal) dan upgrade (meningkatkan) sistem untuk meningkakan keamanan. Selain itu, juga tidak lupa melakukan penetration test (tes penetrasi) untuk menguji sejauh mana kesiapan sistem mereka sekaligus untuk menemukan lubang keamanan.

Penambahan firewall, web application firewall, dan IPS (Intrusion Prevention System), menurut dia, juga harus diaplikasikan. "Tak lupa, lembaga seperti PSSI juga bisa membuat semacam kontes atau kuis bagi para pemrogram komputer yang bisa membantu menemukan celah keamanan ke depannya. Hal ini sudah banyak dilakukan oleh perusahaan besar di luar negeri," kata Pratama.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement