Rabu 16 Oct 2019 19:21 WIB

UEFA Tindak Tegas Aksi Rasialis di Laga Bulgaria Vs Inggris

UEFA membuka proses penyelidikan pelanggaran disiplin terhadap Bulgaria.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Bayu Hermawan
Harry Kane memcetak gol ke gawang Bulgaria dalam pertandingan Kualifikasi Euro 2020 di Stadion Wembley
Foto: EPA
Harry Kane memcetak gol ke gawang Bulgaria dalam pertandingan Kualifikasi Euro 2020 di Stadion Wembley

REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- UEFA membuka proses penyelidikan pelanggaran disiplin terhadap Bulgaria, menyusul perilaku rasialis suporter negara itu saat melawan Inggris dalam kualifikasi Piala Eropa 2020. Wasit sempat menghentikan pertandingan tersebut sebanyak dua kali, karena aksi suporter Bulgaria.

Dari hasil penyelidikan, UEFA mendenda Persatuan Sepakbola Bulgaria (BFU) karena ulah rasialis suporternya. Bukan itu saja,  serta beberapa BFU juga diberi sanksi karena ada kelompok suporter yang melakukan hormat Nazi, melempar benda ke lapangan, serta mengganggu jalannya prosesi menyanyikan lagu kebangsaan dan siaran ulang di layak raksasa.

Baca Juga

Bukan hanya Bulgaria, Asosiasi Sepakbola Inggris (EFA) pun tak luput dari sanksi. EFA diberikan sanksi karena menghampiri suporter sehingga mengganggu jalannya prosesi menyanyikan lagu kebangsaan. Namun tidak diungkap berapa denda yang akan diterima oleh EFA maupun BUF tersebut. Karena kasus ini akan diselesaikan oleh badan pengawas pemerintah serta badan disiplin dan etik UEFA. Tanggal pertemuan dengan pihak terkait masih belum diputuskan.

Presiden UEFA Alexander Ceferin menegaskan organisasi yang dipimpinannya itu akan memperluas kampanye perang terhadap rasialis untuk menyelamatkan sepakbola. ''Percayalah, UEFA berkomitmen melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menghapus penyakit ini dari sepakbola,'' ucap Ceferin, dikutip dari Skysport, Rabu (16/10).

Kantor Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sempat menghubungi UEFA untuk memberikan sanksi berat untuk Bulgaria. Namun Ceferin menegaskan, upaya untuk memberantas rasialisme ini perlu tindakan yang lebih luas lagi. Menurutnya, UEFA tidak bisa sendiri dalam memerangi perilaku yang tidak beradab tersebut, kecualia dengan kerjasama dengan semua pihak.

''Hanya dengan bekerjasama atas nama kebaikan dan kehormatan kita akan membuat kemajuan,'' ucap Ceferin.

Atas aksi ini juga, Presiden BFU Borislav Mihaylov pun mengundurkan diri. Isu yang berkembang, Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borisov yang meminta Mihaylov untuk melepas jabatannya tersebut. Surat pengunduran diri Mihaylov pun dikabarkan akan diserahan kepada Komite Eksekutif BFU pada Jumat mendatang. Kurang dari satu jam setelah Mihaylov mengundurkan diri, lebih dari 20 polisi mengeledah kantor pusat BFU di Sofia. Penggeledahan itu diyakini untuk menjadi dokumen terkait dengan beberapa wasit Bulgaria.

Borisov, usai pengunduran diri Mihaylov, menyatakan kalau aksi rasialis itu tidak dapat diterima. Sebab dirinya yakin Bulgarian merupakan salah satu negara di dunia dengan toleransi yang tinggi. Dimana masyarakat dari suku dan agama yang berbeda bisa hidup damain bersama-sama. ''Itu tidak dapat diterima,'' tegas Borisov.

Sementara badan sepakbola dunia, FIFA, menegaskan akan memperluas sanksi yang diberikan UEFA atau konfederasi dari benua lain untuk menekan tindakan rasialis ini. Presiden FIFA Giani Infantino mengatakan, semua orang yang berada di sepakbola harus berpikir lebih luas untuk bisa memberikan solusi atas masalah ini.

Bahkan Infantino menyebut tindakan rasialis ini sebagai penyakit yang menjijikan atau bahkan lebih buruk dalam bagian tertentu di dunia. ''FIFA kemudian dapat mendorong larangan (dari stadion) di level dunia,'' ucap dia, dikutip dari BBC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement