Senin 08 Jun 2020 11:05 WIB

Sterling: Satu-Satunya Penyakit Saat Ini adalah Rasisme

Sterling memang pesepakbola yang lantang berbicara soal rasisme.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Reaksi Raheem Sterling pada laga antara Wolverhampton melawan Manchester City di  Molineux stadium, Wolverhampton, Sabtu (28/12) dini hari.
Foto: Peter Powell/EPA-EFE
Reaksi Raheem Sterling pada laga antara Wolverhampton melawan Manchester City di Molineux stadium, Wolverhampton, Sabtu (28/12) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Penyerang Manchester City, Raheem Sterling menyatakan satu-satunya penyakit yang ada saat ini adalah rasisme. Walaupun ia menyadari dunia sekarang sedang berperang melawan virus corona.

Sterling memang pesepakbola yang lantang berbicara tentang diskriminasi dalam beberapa kesempatan. "Saya tahu ini mungkin terdengar agak murahan, tetapi satu-satunya penyakit saat ini adalah rasisme yang kami perjuangkan," kata Sterling dalam wawancara dengan BBC TV, dilansir dari france24, Senin (8/6).

Baca Juga

Sterling salah satu bintang olahraga yang ikut angkat suara mengenai kematian George Floyd. Ia memprotes sikap rasisme yang terjadi Amerika Serikat sehingga menyebabkan kemtaian Floyd. Ia mengatakan rasisme sama dengan pandemi corona yaitu sama-sama mencari solusi untuk menghentikannya.

Ia menilai seluruh orang yang memprotes aksi rasisme di Amerika Serikat berusaha mencari jalan keluar agar ketidakadilan tak terjadi lagi. Sterling berharap aksi protes yang terjadi di seluruh dunia dilakukan secara damai agar situasi menjadi aman.

Pemain 25 tahun tersebut cukup menonjol dalam menyuarakan anti rasis baik level domestik maupun Internasional. Tahun lalu ia menyarankan kepada sesama pemain jika terjadi pelecehan ras agar tak keluar dari lapangan sebagai bentuk protes.

Kematian Floyd, menurutnya adalah momentum untuk melakukan perubahan nyata dimana masyarakat dunia tengah menyoroti isu ini. Rasisme sudah berlangsung ratusan tahun dan orang-orang sudah siap melakukan perubahan.

Sterling menegaskan protes harus dilakukan lebih konkrit lagi bukan sekadar berbicara saja. Menurutnya, semua orang harus benar-benar menerapkan di kehidupan nyata serta mengedukasi di tempat-tempat yang membutuhkan perubahan.

"Tapi ini adalah sesuatu yang saya sendiri akan terus lakukan, dan memicu perdebatan ini dan membuat orang-orang di industri saya melihat diri mereka sendiri dan berpikir apa yang dapat mereka lakukan untuk memberi orang kesempatan yang sama di negara ini," tuturnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement