Ahad 14 Mar 2021 17:05 WIB

Olimpiade Tokyo Diharapkan Jadi Simbol Solidaritas

nilai dari penyelenggaraan Olimpiade Tokyo berubah secara signifikan sejak Covid-19

 Orang-orang yang memakai masker wajah untuk melindungi dari penyebaran virus corona berjalan di tepi pantai Odaiba saat lingkaran Olimpiade terlihat di latar belakang di Tokyo, Selasa, Januari. 26, 2021.
Foto:

Namun, menurut Muto, lebih baik memiliki pemikiran bahwa Tokyo Games 2020 akan mencapai hasil yang baik daripada mengatakan "itu tidak mungkin" atau "tidak boleh diadakan."

Panitia penyelenggara berjanji akan memprioritaskan keselamatan selama Olimpiade Musim Panas, yang diharapkan akan melibatkan sekitar 15.000 atlet dari seluruh dunia.

Namun, dengan kurun waktu empat bulan menjelang upacara pembukaan Olimpiade, pandemi tampaknya masih jauh dari kata selesai, meskipun ada upaya global untuk mengekang infeksi.

Tokyo, yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1964, telah berada dalam keadaan darurat COVID-19 sejak awal Januari, ketika tercatat ada lebih dari 2.500 kasus setiap hari di Jepang.

Di bawah keadaan darurat tersebut, orang-orang diminta untuk menahan diri dari acara yang tidak perlu, sementara restoran dan bar harus tutup lebih awal. Perdana Menteri Yoshihide Suga telah memperpanjang aturan tersebut hingga 21 Maret, meskipun awalnya berencana untuk mencabutnya pada awal Februari.

Meskipun jumlah kasus COVID-19 di Tokyo telah menurun dalam beberapa pekan terakhir, Muto mengatakan situasinya tetap "sangat serius."

Dia menegaskan, penyelenggara, termasuk pemerintah Tokyo, harus merespon dengan cepat dan fleksibel terhadap berbagai perkembangan yang berbeda karena sulit memprediksi seperti apa pandemi dalam sepekan, apalagi berbulan-bulan.

Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 diundur pada Maret tahun lalu setelah virus corona, yang pertama kali terdeteksi di China, menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Keputusan itu dibuat oleh Perdana Menteri Shinzo Abe dan ketua Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach.

Sementara, Muto mengaku "lega" dengan perubahan jadwal tersebut karena dunia "tidak dalam keadaan" siap untuk menyambut Olimpiade.

"Tepat setelah penundaan, kami tidak memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang akan terjadi sebagai akibat dari penundaan. Itu belum pernah terjadi sebelumnya, jadi tidak ada yang tahu," kenang Muto.

sumber : antara/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement