REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Mijain Lopez Nunez, pegulat asal Kuba, berhasil mengukir sejarah tak terbantahkan usai merebut medali emas pada cabor olahraga gulat Olimpiade Tokyo 2020 di Makuhari Messe Hall, Senin (2/8) kemarin. Dilansir Marca, Selasa (3/8), catatan itu diukir oleh Nunez dalam gulat Greco-Roman atau Yunani-Romawi, kelas 130 kg.
Ini menjadikan emas Olimpiade keempatnya secara beruntun. Pegulat kelas berat super terhebat di dunia itu memenangkan medali emas keempatnya dari empat kali mengikuti Olimpiade sejak 2008.
Darah, keringat, dan air mata selama bertahun-tahun latihan dan bertarung mengucur dalam momen di Makuhari Messe Hall. Raksasa dari Herradura, julukan pegulat 38 tahun, itu meninjukan tangan ke udara untuk meluapkan kegembiraannya.
Nunez mengisyaratkan bahwa ini akan jadi pertandingan terakhirnya di ajang Olimpiade dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengalungkan medali emas keempat kali.
Alhasil, banyak orang bertanya dari mana asal-usul kekuatan yang dimiliki Nunez. Marca menuliskan jika kekuatan sang pegulat hadir melalui hewan dan kota berisi buah-buahan yang biasa ia bawa semasa kecil sehingga membuatnya tumbuh kuat menjadi seorang petarung.
Nunez merupakan sosok pegulat loyalis untuk sang negara. Pada emas di Olimpiade Rio de Janeiro ia mendedikasikan pencapaiannya untuk Fidel Castro, dan hal yang juga ia ungkapkan pada hajatan multicabang kali ini.
Setelah membawa bendera Kuba pada upacara pembukaan, banyak yang berharap ia kembali lagi di Paris pada 2024.
Sementara itu, pencapaian Nunez hanya dimiliki oleh pendayung Paul Evstroem, sprinter Carl Lewis, petarung Kaori Icho, perenang Michael Phelps, dan pelempar cakram Al Oerter, dengan masing-masing sukses mengalungkan emas dalam empat Olimpiade beruntun.