Rabu 15 Dec 2021 11:42 WIB

Kisah Berliku, Terbang dan Tenggelamnya Pierre Emerick-Aubameyang

Aubameyang dicopot dari posisi kapten oleh pelatih Mikel Arteta

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Gilang Akbar Prambadi
 Pierre-Emerick Aubameyang dari Arsenal bereaksi setelah pertandingan Liga Inggris antara Arsenal London dan Aston Villa di London, Inggris, 22 Oktober 2021.
Foto: EPA-EFE/NEIL HALL EDITORIAL USE ONLY.
Pierre-Emerick Aubameyang dari Arsenal bereaksi setelah pertandingan Liga Inggris antara Arsenal London dan Aston Villa di London, Inggris, 22 Oktober 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tujuh gol dalam enam pertandingan Champions Youth Cup 2007 silam membuat nama Pierre Emerick-Aubameyang digandrungi para pencari bakat terbaik Eropa. Sejak saat itu karier Aubameyang merangkak naik hingga temaram mulai terlihat saat ini.

Pesepak bola asal Gabon mengenyam pendidikan di akademi AC Milan. Namun, waktu bermainnya terbilang minim yang memaksa sang pemain menghabiskan waktu pinjamnnya di empat klub Prancis.

Baca Juga

Pendar Aubameyang baru terlihat manakala ia resmi menjadi pemain Saint-Etienne secara permanen pada Desember 2011.

Kariernya berlanjut jauh dari sepak bola Negeri Pasta, Italia. Aubameyang dengan cepat tampil mengesankan untuk Saint-Etienne, mencetak 41 gol dan memberikan 25 assist dalam 97 penampilan di semua kompetisi untuk klub.

Pesepak bola kelahiran Prancis itu juga membantu tim memenangkan Coupe de la Ligue, trofi utama pertamanya sebagai seniman kulit bundar.

Aubameyang tak boleh merasa puas. Masih ada perjalanan yang menyenangkan lima tahun ke depan. Hengkang dari Stade Geoffroy-Guichard pada 2013 lalu Aubameyang diikat kesebelasan raksasa Bundesliga Borussia Dortmund.

Lima tahun bersama Dortmund adalah di mana ia menyaksikan keindahan lapangan sepak bola dari 'atas langit'. Aubameyang menjadi salah satu bintang utama sepak bola Jerman bersama Die Borussien.

Dirinya mencetak 141 gol dalam 213 pertandingan dan menjadi bagian dari skuat yang memenangkan DFB-Pokal 2016/2017 (mencetak gol kemenangan), serta dua DFL-Supercups.

Tahu mimpinya tak sampai di sini, Aubameyang memutuskan untuk mencari pelabuhan baru. Kepindahannya dikaitkan-kaitkan dengan beberapa klub top Eropa seperti Real Madrid, Barcelona dan Arsenal.

Nama terakhir jadi destinasi baru bagi Aubameyang. Ia mengultuskan diri sebagai legenda baru untuk Arsenal dengan keputusannya mengenakan nomor punggung legendaris milik Thierry Henry.

Waktu Aubameyang di London Utara dimulai dengan baik setelah kepindahannya dari Dortmund ke Emirates Stadium Januari 2018. Ia ditandatangani dengan biaya rekor klub saat itu sebesar 56 juta pounds.

Aubameyang langsung menggaransi 10 gol dalam 13 penampilannya di Liga Primer Inggris paruh musim itu, dan langsung menyihir seluruh pendukung setia Arsenal akan penampilannya.

Kampanye tahun berikutnya berikutnya bahkan lebih baik, memenangkan Sepatu Emas Liga Primer setelah mencetak 22 gol dalam 36 pertandingan, serta mencetak delapan gol saat the Gunners berjuang di Liga Europa.

Setelah berakhirnya musim itu, tampaknya mustahil bagi penggemar Arsenal berpikir bahwa Aubameyang akan menjadi salah satu pemain Meriam London yang paling membuat klub frustrasi. Terlebih, musim 2019/2020 ia juga merupakan kunci kesuksesan Arsenal di Piala FA, mencetak dua gol melawan Chelsea dan Manchester City.

Vokalis band rock asal Seattle, Amerika Serikat (AS) Nirvana, Kurt Cobain punya kalimat menusuk bahwasanya 'lebih baik menghilang daripada memudar' sebuah titik lidah yang seharusnya dipahami oleh Aubameyang.

Kontrak baru Aubameyang yang sempat jadi masalah sejak akhir 2019 terus berlanjut hingga awal 2020. Saat itu pihak klub terus didesak fan untuk memagari sang pemain lantaran memberikan performa luar biasa.

Alhasil melalui negosiasi alot perihal gaji, Aubameyang dan Arsenal lantas menyepakati kontrak baru di awal musim 2020/2021 dengan status pemain bayaran termahal di Emirates.

Nasi sudah menjadi bubur, kontrak baru terlewati dan keinginan tifosi terkabul kiprah Aubameyang justru tenggelam. Penampilannya semakin merosot tiap pekan, ia tak lagi menjadi pemecah kebuntuan pada laga penting dan kontribusinya anjlok.

Sementara ini hanya bisa menjadi gundukan kecil dalam karier yang positif, hal-hal tidak berubah menjadi lebih baik. Aubameyang hanya mencetak empat gol dalam 14 penampilan Liga Inggris musim ini dan sering dituduh bertindak tidak profesional baik di luar atau pun di atas lapangan.

Dilansir Football Italia, Rabu (15/12) masa kelam Pierre-Emerick Aubameyang terjadi setelah ia dicopot dari jabatan kapten Arsenal, titik terendah dalam karier tertingginya.

Striker Gabon berusia 32 tahun itu diangkat menjadi kapten Arsenal oleh pelatih Unai Emery pada November 2019, setelah reaksi buruk dari para penggemar mengenai keputusan untuk menghadiahkan ban kapten kepada Granit Xhaka.

Aubameyang dicopot dari posisi kapten oleh pelatih Mikel Arteta akhir pekan kemarin dengan alasan masalah disiplin, kemungkinan terkait dengan keputusannya untuk membuat tato meski ada pembatasan Covid-19.

Praktis, adil untuk mengatakan bahwa ini adalah salah satu titik terendah dalam karier panjang Aubameyang sebagai pesepak bola profesional.

Sementara pelatih Mikel Arteta mengatakan Aubameyang dihukum dan dicopot ban kaptennya karena terlambat dari perjalanan luar Inggris. Ia diklaim tidak disiplin dengan aturan yang dibuat klub.

"Saya pikir kami konsisten bahwa kami memiliki hal-hal yang tak dapat dinegosiasikan dalam tim. Ini jelas bukan situasi yang mudah dan situasi yang kami inginkan menyangkut kapten klub kami," kata Arteta menjelaskan.

Dengan dicopotnya ban kapten, para penggemar berharap bahwa ini adalah momen yang membangkitkan Aubameyang dan memberinya motivasi yang diperlukan untuk kembali ke performa puncak.

Pun banyak yang berpikir waktunya di Arsenal sudah berakhir dan, mungkin, jendela transfer Januari bisa menjadi saat yang tepat untuk Aubameyang pindah ke Serie A Italia atau klub elite Eropa lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement