"Ini generasi emas Senegal, dan mereka telah berhasil melakukannya. Ini momen besar bagi negara itu," ujar Jermaine Jenas kepada BBC.
Eks Tottenham Hotspur yang kini menjadi pundit sepak bola itu secara khusus menyinggung pesona Mane. Menurut Jenas, sang penyerang berhasil menyikapi tekanan dengan mentalitas luar biasa. Terutama di sesi adu penalti ketika yang bersangkutan menjadi penendang penentu timnya.
Ban kapten Senegal tidak melingkar di lengan Mane. Tapi Jenas melihat mantan bintang Southampton itu sebagai pemimpin sesungguhnya. Kematangan pria 29 tahun itu terlihat dalam momen seperti ini.
"Sadio Mane telah menempatkan negaranya di pundaknya dan memberikan gelar untuk mereka," ujar Jenas.
Senegal bak mesin diesel pada Piala Afrika kali ini. The Lions of Teranga terlambat panas ketika cuma meraih satu kemenangan di babak penyisihan. Dua partai lainnya berkesudahan imbang.
Senegal trengginas saat memasuki fase knock-out. Tanjung Verde dihajar dua gol tanpa balas pada babak 16 besar. Selanjutnya, anak asuh Cisse membungkam Guinea Khatulistiwa pada perempat final dan Burkina Faso pada semi final. Masing-masing dengan skor 3-1. Pada final, giliran Mesir ditaklukkan Senegal.
Tentu saja, bukan cuma Mane yang bisa membuat perbedaan. Seperti sudah disinggung Jenas, ini generasi emas Senegal. Tim tersebut diperkuat para jugador berkelas.
Pemain-pemain ini, tampil di liga top Eropa. Ada Edouard Mendy di posisi kiper. Mendy merupakan penjaga gawang Chelsea FC.
Kemudian Kalidou Koulibaly di sektor palang pintu. Koulibaly yang merupakan kapten the Lions of Teranga mengawal lini pertahanan Napoli. Tak ketinggalan Idrissa Gueye, gelandang Paris Saint-Germain.