Rabu 03 Aug 2022 13:56 WIB

Peran Ibu di Balik Sukses Atlet ASEAN Para Games 2022

Yudiarti menanamkan kepercayaan diri kepada Meliana yang meraih emas renang APG 2022.

Perenang Indonesia Meliana Ratih Pratama.
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Perenang Indonesia Meliana Ratih Pratama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meliana Ratih Pratama senang sekali mengetahui ibunya, Yudiarti, datang langsung dari Padang untuk menyaksikan dia melesat di kolam renang Stadion Jatidiri, Semarang, Senin (1/8/2022) lalu. Diiringi tatapan mata ibundanya, Meliana yang berlomba dalam nomor 50 meter gaya punggung putri S14, menjadi orang pertama yang menyentuh dinding. Ia mencatatkan waktu 36,190 detik sehingga dikalungi medali emas ASEAN Para Games 2022,

Ia bukan hanya membuat dia bahagia, melainkan juga Yudiarti dan Indonesia. Sebab, Meliana berhasil mengibarkan Merah-Putih pada ajang pesta olahraga disabilitas Asia Tenggara tersebut.

Baca Juga

"Ini event internasional ketiga saya. Kalau ASEAN Para Games, ini yang pertama," kata Meliana setelah dikalungi medali emas.

S14 adalah kelas lomba untuk atlet para tuna grahita, kondisi di mana orang mengalami masalah kemampuan intelektual dan kognitif. Di antaranya dapat dikenali dari proses berpikir dan belajar yang lebih lamban. Penyebab umumnya adalah masalah selama kehamilan dan setelah anak dilahirkan.

Ketika Meliana Ratih meraih medali emas para-renang ASEAN Para Games 2022, salah satu hal yang menarik adalah bagaimana ia menempa diri sehingga bisa sampai ke levelnya saat ini. Di sini, peran Yudiarti, sang ibu, terlihat sentral. Yudiarti mendorong Meliana menggeluti renang lebih dalam dengan cara mengikutkan dia kursus renang sejak kecil. Yudiarti juga mendorong anaknya berprestasi dan percaya diri di bawah kondisi yang bagi kebanyakan orang tua merupakan hal yang sulit.

Yudiarti tampaknya berhasil mengantarkan anaknya mengetahui dan merawat potensinya. Namun yang tak kalah penting adalah menanamkan kepercayaan diri kepada anak yang jelas sangat instrumental dalam menapaki hidup dan kehidupan.

Meliana sendiri tumbuh menjadi atlet yang penuh percaya diri. Dia tak puas dengan hanya satu medali emas.Dia ingin medali-medali emas lainnya, tidak hanya dalam ASEAN Para Games, melainkan juga dalam ajang-ajang renang lainnya. Bahkan dia ingin terus memperbaiki catatan waktunya. Ini bentuk kepercayaan diri hasul didikan orang tua atau seorang ibu kepada anaknya, di samping lingkungan seperti iklim kompetisi yang mungkin telah turut membuat Meliana tidak cepat berpuas diri.

Kisah Meliana dan Yudiarti adalah satu dari banyak inspirasi yang bisa dipetik dari arena tempat atlet para berkompetisi, termasuk ASEAN Para Games 2022 di Solo.

Meliana dan Yudiarti bisa menjadi referensi bagaimana sebaiknya mendorong anak tumbuh menjadi atlet andal. Lebih jauh, juga bagaimana menciptakan hubungan ideal antara orang tua dan anak.

Peran ibunda juga yang sepertinya berada di balik sukses Fajar Nur Hadianto yang Selasa kemarin mempersembahkan medali emas kepada Indonesia dari nomor 50 meter gaya dada SB4.

Hubungan Fajar dengan ibundanya terlihat sama sentralnya dengan hubungan Meliana dengan Yudiarti. Pria berusia 41 tahun yang sudah dikaruniai dua anak itu tidak pernah lupa meminta restu dan doa dari orang tua, terutama ibu. 

"Setiap minggu selalu menyempatkan menjenguk orang tua. Kemarin sebelum tanding juga WA minta doa orang tua," kata Fajar.

Ini menyimpulkan betapa dekatnya hubungan seorang yang sukses dengan ibu dan orang tuanya. Yudiarti dan ibunda Fajar sepertinya mampu memperkuat ikatan hati dan menjadi sosok yang dicintai anak-anaknya yang kemudian menjadi panutan atau teladan bagi mereka.

Hubungan Meliana dan Fajar dengan ibu-ibu mereka kembali menguakkan betapa pentingnya ibu atau orang tua dalam perkembangan fisik, spiritual dan mental anak.

Banyak teori, dan semua agama serta ajaran-ajaran kebaikan menggarisbawahi sangat pentingnya hubungan orang tua dengan anak bagi perkembangan fisik, emosi dan sosial anak. Hubungan orang tua dan anak adalah ikatan unik yang bisa dinikmati dan dikelola oleh setiap anak dan orang tua yang meletakkan dasar untuk pembangunan kepribadian dan perilaku anak, hingga besar nanti. Pola hubungan itu juga mempengaruhi kesehatan sosial, fisik, mental dan emosi anak.

Untuk itu, orang yang sejak masa kecil tumbuh dalam suasana keterikatan yang nyaman dan sehat dengan orang tuanya memiliki kesempatan lebih baik dalam menciptakan hubungan yang bahagia dengan orang lain. Fajar Nur Hadianto sepertinya merasakan hal ini.Lebih dari itu, seorang anak yang memiliki hubungan yang nyaman nan sehat dengan orang tuanya dapat belajar bagaimana mengelola emosi ketika saat di bawah tekanan dan dalam situasi sulit seperti kompetisi olahraga selama ASEAN Para Games di Solo ini.

Meliana dan Fajar adalah dua teladan yang menguatkan fakta sosial itu. Mereka juga telah menguakkan kembali tentang betapa sentralnya kasih ibu dalam mendorong manusia mencapai sukses dalam hal apa pun, termasuk kompetisi olahraga.

Kalau sudah begini, maka ASEAN Para Games memang bukan sekadar kompetisi olahraga. Event ini juga telah mengekspos kembali bagaimana nilai-nilai keluarga mesti dihadirkan dan dibangun di tengah semakin besarnya tantangan orang tua dalam membesarkan anak. Apalagi dalam era digital yang demikian keras ini.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement