REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Forum Komunikasi Suporter Indonesia (FSKI) Richard Achmad Supriyanto menilai, penggunaan media sosial (medsos) ikut andil dalam memprovokasi kebencian antarsuporter. Menurut dia, perang di medsos memengaruhi psikologis antarsuporter untuk terus saling membenci.
"Iya psikologis sebagai manusia dengan umur remaja, pasti berpengaruh terutama dari media sosial. Karena media sosial ini sangat aktif untuk pressure, melakukan hal-hal yang sifatnya negatif itu kan cepat sekali di media sosial," kata Richard saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (25/9).
Karena itu, Richard mengimbau semua pihak, khususnya suporter, menahan diri dalam menggunakan medsos. Pasalnya, dari perang di medsos bisa berujung panjang bila tak diantisipasi dengan baik. Bahkan, menyebabkan hal yang tak diduga seperti kasus pengeroyokan yang dilakukan oknum Bobotoh kepada seoranng Jakmania sebelum laga Persib melawan Persija, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Ahad (23/9).
Richard mengatakan, saat ini semua pihak harus membantu untuk menjaga suasana tetap kondusif. Artinya, lanjut dia, mulai dari media, klub, suporter, dan seluruh pihak yang berkepentingan dalam sepak bola Indonesia, harus berusaha menjaga agar ketegangan saat ini tidak berkelanjutan.
Menurut Richard, pihak suporter, baik Viking atau The Jakmania, selalu melakukan antisipasi. FKSI, kata dia, juga sering melakukuan proses pertemuan. "Akan tetapi memang ada beberapa hal kejadian di luar dugaan kita yang akhirnya mengakibatkan kejadian yang kemarin itu," kata dia.
Pada prinsipnya, kata Richard, suporter di Jakarta dan Bandung secara perkumpulan dan organisasi sudah melakukan antisipasi. Namun, kejadian yang menewaskan salah satu anggota the Jakmania itu harus ditelaah lebih lanjut. "Apakah yang salah sistemnya atau seperti apa," kata dia.
Richard mengatakan, sejak kejadian itu, Viking dan The Jakmania sudah menggelar komunikasi. Secara organisasi, lanjut dia, kedua suporter itu tidak ada masalah.
Meski begitu, untuk menentukan akar masalah masih harus menunggu hasil penyelidikan aparat kepolisian. "Apakah ini sistematis atau ada orang di luar orgnanisasi suporter. Memang selama ini yang menjadi masalah adalah ada orang-orang yang mengatasnamakan kelompok tertentu, yang tidak terdaftar sebagai anggota," kata dia.