Jumat 17 Dec 2021 22:33 WIB

Mengenal Kesederhanaan dan Sihir Si Hipster Jay-Jay Okocha

Jay-Jay Okocha kerap menampikan atraksi memukai di lapangan hijau.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Israr Itah
Jay Jay Okocha
Foto:

PSG menebus Okocha dari klub Turki dengan mahar sebesar 14 juta pounds, harga yang membuatnya menjadi pemain Afrika termahal pada waktu itu.

Seketika Okocha jadi pemain yang dicintai oleh para pendukung Les Parisiens. Layaknya Pablo Picasso yang menunjukkan karya indahnya, aksi-aksi brilian Okocha di lapangan hijau mampu menyihir publik kota Paris.

Di klub tersebut, ia juga sempat menjadi mentor bagi legenda Brasil, Ronaldinho yang bergabung dengan PSG pada usia 21 tahun.

Okocha menghabiskan empat musim bersama PSG. Ia tampil pada 84 pertandingan dan mencetak 12 gol. Ia meninggalkan PSG pada 2002, lalu pindah ke Bolton Wanderers dan bermain selama empat musim di sana.

Tetapi musim 2001/2002 PSG adalah tim yang ikonik. Okocha menemukan dirinya di antara duo defensif Argentina Mauricio Pochettino dan Gabriel Heinze, dan penyerang haus gol, Nicolas Anelka.

Sementara di lini tengah ada pelatih Arsenal, Mikel Arteta dan pemain yang digadang sebagai penerus Okocha dari Brasi, Ronaldinho.

"Saya bersenang-senang di PSG. Ronaldinho seperti adik laki-laki saya. Saya menyadari dia sangat berbakat dan hanya membutuhkan seseorang untuk membimbingnya," kenang Okocha.

Tongkat estafet di PSG dari George Weah mulus mendarat ke pelukan Okocha sebelum akhirnya diteruskan oleh Ronaldinho. Namun, masalah keuangan yang memaksa duet Okocha dan Ronaldinho harus cepat berakhir.

Okocha mendarat ke pelukan tim Inggris Bolton di bawah asuhan Big Sam. Saat itu Okocha bermain bersama Kevin Nolan, Gary Speed, serta seniornya di PSG, Youri Djorkaeff.

Pada musim pertamanya, Okocha dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak. Ia membawa the Trotters, julukan Bolton terhindar dari degradasi dan menembus kompetisi Piala UEFA 2005/2006 silam.

Bagi penggemar Bolton, Okocha adalah energi yang dapat menularkan kegembiraan. Semangat permainan yang membuatnya melampaui persaingan klub.

Kakinya yang elastis mungkin tidak lagi menghiasi stadion di seluruh dunia, warisannya bukanlah banyaknya gol atau piala bagaikan Messi dan Ronaldo, tetapi kegembiraan sepak bola yang murni dari sosok sederhana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement